Opini  

Antara Memberi dan Dokumentasi

fajarharapan.id – Di era yang serba digital ini banyak kegiatan yang tak luput dari sorot kamera, baik oleh awak media maupun perorangan. Kegiatan kegiatan yang bersifat sosial tak luput dari sasaran sebuah kamera yang kemudian menyebar dari sosial media sampai pemberitaan.

Seperti yang kubaca pagi ini dalam suatu grup sosial media yang sangat menyentuh dengan judul ” Foto Selfi & Nasi Bungkus”. Diceritakan dalam tulisan itu bahwa si penerima nasi bungkus awalnya sangat tersinggung dengan pemberian yang kemudian diabadikan dengan sebuah kamera. Dalam hal ini penerima sumbangan merasa direndahkan martabatnya dengan sebuah nasi bungkus. Akan tetapi dengan beriringnya waktu martabat harga diri ini dikesampingkannya, dengan menerima sebuah nasi bungkus ia dapat menghemat pengeluaran Rp. 10.000,- hari ini.

Dituliskan pula perasaan si pemberi ketika si penerima mengatakan tidak dipoto dulu. Si pemberipun merasa kaget dan terpukul dengan kata kata tersebut walau sebetulnya ia tidak bermaksud untuk mengabadikan moment tersebut.

Baca Juga  Bimbingan Keselamatan Berkendara bagi Pemuda Pengangkut Buah Sawit di Nagari Koto Padang

Dilema memang, antara pemberi dan penerima. Satu sisi pemberi ingin mengambil gambar sebagai dokumentasi dan satu sisi hal tersebut serasa menampar harga diri si penerima. Atau memang si pemberi ingin dikenal kalau dia sudah mendonaturkan atau memberikan sesuatu kepada orang lain.

Dilema memang, antara ikhlas memberi dan pamer dalam berbuat baik (riyak) sangat tipis pembatasnya. Tinggal bagaimana si pemberi berniat dan juga bagaimana si penerima mengartikan. Yang lebih penting lagi bagaimana pendapat orang yang melihat dokumentasi tersebut mungkin di sosial media maupun di pemberitaan lainnya.

Baca Juga  Sulawesi Selatan Raja Lumbung Tuna Indonesia

Bagaimanakah dengan anda ???
Bagaimanakah dengan kita ???
Masihkan mau berbagi dengan mendokumentasikan moment tersebut, atau akan tetap berbagi tanpa mendokumentasikannya.

Pilihan di tangan anda wahai sang pemberi, wahai sang tangan diatas.
Memberi tidak harus merendahkan martabat si penerima.
Memberi tidak harus melihatkan tangan siapa yang diatas.
Memberi kepada orang yang sangat membutuhkan adalah hal yang sangat mulia, tetapi jangan sampai dengan memberi merendahkan harkat bagi penerima di satu sisi. (m@s)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *