Jakarta – Wahana antariksa NASA mencetak sejarah sebagai objek buatan manusia yang terbang paling dekat dengan Matahari, mencapai jarak 6,1 juta kilometer dari bintang utama Tata Surya pada Malam Natal pukul 11.35 GMT. Wahana tersebut dilengkapi dengan panel serat karbon dan busa setebal 4,5 inci untuk melindunginya dari suhu ekstrem Matahari.
Dengan kecepatan luar biasa 692.017 kilometer per jam, wahana ini memecahkan rekor kecepatan—setara dengan perjalanan dari London ke New York dalam waktu kurang dari 30 detik—dengan memanfaatkan tarikan gravitasi Matahari yang sangat besar.
Memberikan Pemahaman Baru tentang Matahari
Misi ini bertujuan memberikan wawasan mendalam tentang Matahari dan atmosfernya yang sebelumnya belum pernah diperoleh. Wahana ini akan menembus atmosfer luar Matahari, yaitu korona, yang sering terlihat dari Bumi selama gerhana matahari. Para ilmuwan berharap dapat menjelaskan fenomena unik di mana suhu korona mencapai jutaan derajat Celsius, jauh lebih panas dibandingkan permukaan Matahari yang hanya sekitar 6.000 derajat Celsius.
Namun, NASA tidak akan menerima data dari wahana tersebut selama empat hari, hingga 28 Desember. Wahana ini dirancang untuk bertahan pada suhu hingga 1.400 derajat Celsius, suhu yang cukup untuk melelehkan baja karbon, nikel, hingga emas.
Teknologi Perisai Panas Canggih
Para insinyur NASA merancang pelindung panas setebal 2,4 meter yang mampu menahan suhu hingga 1.650 derajat Celsius, menjaga suhu internal instrumen tetap nyaman pada 29 derajat Celsius. Wahana ini juga dilengkapi alat pengukur angin matahari yang dirancang dari bahan tahan panas ekstrem, seperti titanium-zirkonium-molibdenum dan tungsten.
Mengungkap Rahasia Angin Matahari
Angin matahari, aliran partikel bermuatan dari korona, sering kali berinteraksi dengan medan magnet Bumi, menciptakan aurora di kutub utara. Selain itu, cuaca luar angkasa yang dipicu oleh angin matahari dapat mengganggu jaringan listrik dan sistem komunikasi di Bumi. Misi ini diharapkan membantu memahami fenomena tersebut secara lebih mendalam.
Penerbangan Rekor Berikutnya
Diluncurkan pada 2018, wahana ini telah mengorbit Matahari sebanyak 21 kali, menggunakan lintasan gravitasi Venus untuk semakin mendekati orbit Matahari. Data baru yang dikumpulkan mencakup informasi unik tentang planet tersebut, termasuk kemampuan melihat melalui awan tebal Venus ke permukaannya.
Penerbangan pada Malam Natal ini adalah yang pertama dari tiga misi rekor berikutnya, dengan penerbangan berikut dijadwalkan pada 22 Maret dan 19 Juni. Nick Pinkine, manajer operasi misi Parker Solar Probe, menyatakan antusiasmenya: “Kami sangat menantikan data dari wilayah yang belum pernah dijelajahi ini.”(BY)