Jakarta – Tingkat polusi udara yang tinggi di beberapa daerah DKI Jakarta telah mendorong pemerintah untuk mengambil tindakan dengan melakukan penyemprotan air. Namun, pengalaman China sebelumnya menunjukkan bahwa langkah serupa justru dapat memperburuk tingkat polusi yang ada.
Risiko penyemprotan air terhadap peningkatan polusi udara telah diidentifikasi oleh para ahli dan didokumentasikan dalam jurnal National Library of Medicine (NIH) pada Mei 2021.
Fengzhu Tan, seorang pakar kesehatan masyarakat dari Departemen Kesehatan Lingkungan Kerja di Universitas Kedokteran Hebei, China, menjelaskan bahwa penyemprotan air dapat memicu peningkatan konsentrasi Partikulat Meter (PM) 2.5, yang merupakan partikel polusi udara berukuran kecil.
“Penelitian kami menunjukkan bahwa menyemprot jalan dengan air justru meningkatkan konsentrasi PM2.5, bukan menguranginya,” ungkap Tan dalam penelitiannya.
Penyemprotan air dalam skala besar di kota-kota China sebelumnya dianggap sebagai salah satu langkah untuk mengurangi polusi udara parah dengan mengendalikan partikel-partikel PM2.5 yang berbahaya.
Selain itu, penyiraman air juga diharapkan dapat mengurangi kabut asap polusi yang kerap menyelimuti beberapa wilayah di China, terutama di Beijing, Tianjin, dan Hebei pada tahun 2013.
Tan menjelaskan bahwa kelembaban udara yang lebih tinggi cenderung terjadi selama peristiwa polusi udara. Oleh karena itu, ada dugaan bahwa ada hubungan antara penyemprotan air dan peningkatan polusi udara.
Penelitian yang dilakukan oleh Tan melibatkan pengukuran komposisi kimiawi air, eksperimen simulasi penyemprotan air, analisis residu, dan analisis data yang relevan.
“Kami menemukan bahwa penyemprotan air, baik dari air keran maupun sungai, dalam jumlah besar di jalan-jalan raya justru meningkatkan konsentrasi PM2.5 dan kelembaban udara,” tambah Tan.
Penyemprotan yang dilakukan secara berkelanjutan setiap hari cenderung menghasilkan efek kumulatif terhadap polusi udara.
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa penyemprotan air dapat meningkatkan konsentrasi PM2.5, bukan menguranginya. Penyemprotan air ini juga berpotensi menjadi sumber baru bagi partikel-partikel halus dalam udara yang berasal dari aktivitas manusia dan dapat memperburuk polusi udara.
Para peneliti juga menyatakan bahwa meningkatnya kandungan uap air dan kelembaban dapat menciptakan kondisi meteorologi yang buruk bagi kualitas udara terutama pada musim gugur dan musim dingin yang suhunya rendah.
Mereka mengungkapkan bahwa penyemprotan air dapat menghasilkan partikel halus baru yang tidak terlihat (aerosol antropogenik) dan pada akhirnya menjadi sumber baru bagi polusi udara.
Peningkatan partikel halus ini, ditambah dengan suhu rendah, cenderung menciptakan kondisi meteorologi dengan kelembaban tinggi yang tidak menguntungkan bagi penyebaran polutan udara. Inilah yang menjadi penyebab utama polusi udara parah saat cuaca dingin.
Sebelumnya, Polda Metro Jaya telah menggunakan empat unit water cannon untuk melakukan penyemprotan di jalan-jalan protokol Jakarta dalam upaya mengurangi dampak polusi udara.
Langkah ini diambil sebagai respons atas keprihatinan masyarakat terhadap polusi udara yang semakin meningkat di Jakarta.
“Maka dari itu, Polri, khususnya Polda Metro Jaya, telah mempersiapkan kendaraan taktis water cannon dan melaksanakan penyemprotan di jalan-jalan protokol untuk mengurangi dampak polusi udara di Jakarta,” kata Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Trunoyudo Wisnu Andiko.(des)