Padang – Kepala Kantor Pencarian dan Pertolongan (SAR) Padang, Abdul Malik, menganjurkan agar pemerintah dan pihak terkait memasang sistem pendeteksi dini untuk mengantisipasi dampak korban jiwa akibat potensi erupsi Gunung Marapi.
Abdul Malik menyampaikan, “Berdasarkan beberapa istilah bencana yang saya telaah, sangat diperlukan sistem pendeteksi dini untuk menghadapi ancaman bencana.”
Ia mencontohkan pemasangan perangkat pendeteksi dini tsunami di wilayah laut dan daratan sebagai model yang bisa diikuti.
Oleh karena itu, Kantor SAR Padang mendorong pemerintah daerah dan pihak desa di sekitar Gunung Marapi untuk mempertimbangkan pemasangan sistem pendeteksi dini dengan memanfaatkan konsep kearifan lokal.
Abdul Malik memberikan contoh bahwa pemerintah dan masyarakat di sekitar Gunung Marapi dapat mengadopsi cara yang telah dilakukan masyarakat Yogyakarta dalam mengurangi risiko erupsi Gunung Merapi dengan memanfaatkan kearifan lokal.
“Selama lima tahun terakhir, saya telah mengamati bagaimana masyarakat di sekitar Gunung Merapi mengatasi erupsi dengan menggunakan metode-metode kearifan lokal,” ungkapnya.
Salah satu bentuk kearifan lokal yang diapresiasi adalah penggunaan kentongan dan bedug di desa-desa yang sulit dijangkau oleh aliran listrik atau jaringan internet.
Abdul Malik menegaskan bahwa pemasangan sistem pendeteksi dini ini sangat penting, terutama di nagari yang berada dalam radius 4,5 kilometer dari puncak erupsi Gunung Marapi, yang dikenal sebagai Kawah Verbeek.
Ia menyampaikan bahwa bencana erupsi Gunung Marapi pada 3 Desember 2023 seharusnya menjadi pembelajaran berharga bagi semua pihak, terutama instansi yang berwenang dalam memberikan izin pendakian.
Tidak hanya itu, Kantor SAR Padang menganggap penting untuk kembali memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai zona-zona rawan bencana I, II, dan III.
“Kita perlu kembali memberikan pemahaman kepada masyarakat mengenai arti dan tindakan yang harus diambil ketika terjadi erupsi,” tuturnya.(des)