Jakarta – Aplikasi digital asal Tiongkok, Temu, sedang menjadi sorotan dalam pasar Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).
Temu memiliki sistem khusus, yaitu Cross Border, yang menghubungkan langsung konsumen dengan produsen di puluhan pabrik di China.
Fiki Satari, Staf Khusus Menkop UKM Bidang Pemberdayaan Ekonomi Kreatif, menyatakan bahwa masuknya aplikasi Temu ke Indonesia berpotensi memberikan dampak negatif terhadap bisnis UMKM lokal.
“Karena aplikasi Temu memangkas jalur distribusi dan menekan harga produksi di pabrik, sehingga memungkinkan mereka menjual produk dengan harga yang sangat murah,” jelas Fiki kepada MPI, (13/6/2024).
Fiki menjelaskan bahwa Temu menghilangkan jalur distribusi tradisional karena menghubungkan langsung dari pabrik ke konsumen. Jika aplikasi ini berhasil menarik pasar di Indonesia yang konsumtif, maka ini bisa menjadi ancaman bagi UMKM lokal.
“Model bisnis mereka adalah F to C atau dari Pabrik ke Konsumen. Barang-barang diproduksi di 80.000 pabrik yang terhubung dengan ekosistem mereka di China dan langsung dapat dikirim ke konsumen di seluruh dunia tanpa perantara,” tambah Fiki.
Fiki juga menyebutkan bahwa aplikasi ini memiliki modal yang cukup besar untuk promosi dan memberikan diskon pada barang yang mereka jual.
Menurut laporan dari Wall Street Journal, Fiki mengungkapkan bahwa Temu telah menginvestasikan miliaran dolar AS dalam promosi.
“Temu sudah mengeluarkan 1,7 miliar USD atau sekitar 27,7 triliun rupiah untuk iklan pada tahun 2023, dan diperkirakan akan meningkat menjadi 3 miliar USD atau sekitar 48,9 triliun rupiah pada tahun 2024,” jelasnya.
“Selain itu, untuk diskon, promo, voucher, dan hadiah, Temu diperkirakan telah menghabiskan sekitar 15,5 triliun rupiah,” tambahnya.(BY)