Jakarta – Badan Pangan Nasional (Bapanas) menegaskan bahwa harga pangan tetap stabil menjelang Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Ramadan dan Idulfitri. Kepala Bapanas, Arief Prasetyo Adi, menyatakan bahwa kondisi harga pangan masih terjaga sesuai dengan arahan Presiden Prabowo Subianto.
“Saat ini, kita bisa melihat harga yang terjaga dengan baik. Dalam Rapat Koordinasi HBKN bersama seluruh pemangku kepentingan pangan, disampaikan bahwa harga pangan dalam kondisi baik,” ujarnya, Sabtu (15/2/2025).
Langkah Penstabilan Pangan Pokok
Arief menjelaskan bahwa pemerintah semakin memperkuat strategi stabilisasi harga pangan pokok menjelang Ramadan dan Idulfitri. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan menghubungkan rantai pasok dari hulu ke hilir serta memperkuat stok Cadangan Pangan Pemerintah (CPP).
Selain itu, pemerintah juga berencana untuk melepas stok pangan dari Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ke pasar guna mengendalikan harga.
“Itu sudah sesuai, agar peternak tidak mengalami kerugian. Sementara itu, harga cabai mengalami sedikit kenaikan, dan kami sedang menyiapkan langkah intervensi. Kami juga telah mempertemukan produsen dan konsumen langsung, karena harga di tingkat produsen rendah, tetapi di hilir cukup tinggi. Inilah yang sedang kami upayakan dengan memotong rantai distribusi,” jelasnya.
Perkembangan Inflasi Pangan
Lebih lanjut, Arief mengungkapkan bahwa inflasi pangan tahunan pada Januari 2025 tercatat sebesar 3,07 persen, yang merupakan angka terendah dalam tiga tahun terakhir. Sebagai perbandingan, inflasi pangan pada Januari 2022 mencapai 3,35 persen, Januari 2023 sebesar 5,71 persen, dan Januari 2024 di angka 7,22 persen.
“Kunci utamanya adalah bagaimana kita menghubungkan rantai pasok hingga ke hilir. Oleh karena itu, kami mempertemukan petani dan pelaku distribusi agar harga yang diterima petani tidak terlalu rendah. Badan Pangan Nasional telah menetapkan harga acuan pembelian, yang dapat dijadikan pedoman dalam transaksi. Jika ada sedikit perbedaan harga, itu masih wajar, tetapi jangan sampai terlalu jauh,” tegasnya.
Selain itu, Arief juga menyoroti ketersediaan gula konsumsi. Ia menegaskan bahwa impor Gula Kristal Mentah (GKM) sebanyak 200 ribu ton dilakukan semata-mata untuk memperkuat stok CPP.
“Keputusan impor GKM sebanyak 200 ribu ton diambil dalam Rapat Koordinasi Terbatas (Rakortas) dan akan digunakan untuk stok CPP. Produksi dalam negeri sebenarnya cukup, jadi impor ini bukan karena kekurangan, melainkan untuk menjaga ketersediaan stok. Saat ini, PTPN memiliki stok gula sebanyak 200 ribu ton yang akan segera dilepas ke pasar,” jelasnya.
“Pelepasan stok ini dilakukan agar harga gula menjelang puasa dan Idulfitri tetap terjaga sesuai arahan Presiden,” pungkas Arief.(BY)