Jakarta – Sindrom bintang atau star syndrome menjadi tantangan bagi pemain muda di seluruh dunia, termasuk bintang Timnas Indonesia, Nathan Tjoe-A-On. Salah dalam merespons dukungan dan pujian dari penggemar bisa membuat pemain terjerumus ke dalam penurunan performa. Nathan percaya bahwa situasi seperti ini harus dikelola dengan bijak.
“Ketika kami bermain baik bersama Timnas, ekspektasi publik meningkat. Namun, kami harus tetap fokus dan tidak terpengaruh oleh apa yang diberitakan media,” ungkap Nathan dalam wawancara eksklusif dengan FIFA.
Nathan menekankan pentingnya komunikasi antara pemain untuk menciptakan lingkungan yang mendukung. Saling mendukung dan saling mengingatkan dianggap sangat berpengaruh.
“Kami saling berbicara untuk menciptakan atmosfer terbaik dalam tim, sehingga setiap orang merasa nyaman, saling percaya, dan ingin berjuang bersama,” katanya.
Ambisi terbesar Nathan adalah membawa Indonesia berpartisipasi di Piala Dunia. Harapan ini tidak akan tercapai jika Nathan terbuai dengan statusnya sebagai bintang.
Sebaliknya, ia menjadikan dukungan dan pujian dari masyarakat Indonesia sebagai motivasi. Nathan menegaskan bahwa dorongan publik memicu semangatnya untuk melampaui batas.
“Tujuan kami jelas, yaitu mencapai Piala Dunia dan menciptakan lebih banyak sejarah bersama Timnas. Apa yang telah kami capai adalah perasaan yang luar biasa,” ujarnya.
“Saya ingin terus berkembang dan mengetahui seberapa tinggi saya bisa melangkah. Saya rasa saya berkembang dengan baik di Timnas, dan kini saatnya untuk menunjukkan hal ini di klub.” (des)
