PTPN IV PalmCo Perluas Program Tanam Padi untuk Perkuat Ketahanan Pangan

RI Wujudkan Food Security
RI Wujudkan Food Security

Jakarta Program penanaman padi oleh Perkebunan Nusantara terus diperluas sebagai upaya memperkuat ketahanan pangan nasional. Inisiatif ini mendapat dukungan penuh dari Kementerian BUMN melalui kerja sama strategis dengan Kementerian Koordinator Bidang Pangan, Kementerian Pertanian, serta Institut Pertanian Bogor (IPB University). Program ini sejalan dengan visi Presiden Prabowo Subianto dalam mewujudkan swasembada pangan.

Direktur Utama PTPN IV PalmCo, Jatmiko Santosa, menyatakan bahwa ketahanan pangan menjadi salah satu prioritas pemerintah yang terus dipercepat dalam 100 hari pertama kepemimpinan Presiden Prabowo. Sebagai pelopor penanaman padi gogo di sela peremajaan sawit, PTPN IV PalmCo berkomitmen memperluas cakupan program ini.

“PTPN IV PalmCo bertekad mendukung program ini sesuai arahan Holding Perkebunan dan Kementerian BUMN. Salah satu langkah yang dilakukan adalah menanam padi gogo dengan metode intercropping di lahan replanting sawit rakyat,” ujar Jatmiko dalam pernyataan resminya di Jakarta, Kamis (6/2/2025).

Program ini merupakan kelanjutan dari inisiatif Tanam Padi (Tampan) PTPN yang telah dimulai sejak akhir November di Siak, Riau.

Pelaksanaan Program di Jambi
Di Provinsi Jambi, program ini diterapkan di KUD Dwi Jaya yang tengah melakukan peremajaan kebun sawit seluas 140,62 hektare. Pada tahap awal, penanaman padi dilakukan di lahan seluas lima hektare.

Baca Juga  Potensi El Nino Mempengaruhi Produksi Padi di Indonesia

Sejak awal, PTPN IV PalmCo telah menjalin koordinasi dan memberikan pendampingan penuh agar program berjalan optimal. Bantuan yang diberikan mencakup persiapan lahan, penyediaan bibit, peralatan mekanisasi, serta pengurusan dokumen calon petani dan calon lokasi (CPCL) ke instansi terkait.

Jatmiko mengapresiasi pemerintah daerah yang telah mendorong dan mendukung penuh inisiatif ini. “Dukungan terhadap aspek pembiayaan dan berbagai hal teknis lainnya, seperti pengurusan CPCL, sedang kami upayakan agar dapat segera diselesaikan. Harapannya, program ini bisa diperluas lebih cepat sesuai target pemerintah,” tambahnya.

Manfaat bagi Petani Sawit
Jatmiko menjelaskan bahwa petani sawit yang mengikuti program ini akan mendapatkan tambahan penghasilan sebelum sawit mereka mulai berproduksi. Dengan metode intercropping, padi gogo bisa dipanen hingga tiga kali sebelum pohon sawit menghasilkan tandan buah segar.

Berdasarkan hasil program serupa di Riau, area intercropping dapat menghasilkan sekitar 20 ton gabah kering per tahun. “Kami berharap mereka dapat menjaga tanaman padi dan sawit agar tumbuh optimal seperti yang telah dilakukan di Siak, Riau,” ujar Jatmiko.

Mendukung Swasembada Pangan
Program ini menjadi bagian dari strategi nasional dalam meningkatkan ketahanan pangan. Data Kementerian Pertanian menunjukkan bahwa total perkebunan sawit rakyat di Indonesia mencapai 6,94 juta hektare, dengan sekitar 2,8 juta hektare di antaranya sudah memasuki usia tua dan membutuhkan peremajaan.

Baca Juga  PTPN IV PalmCo Dorong Peremajaan Sawit Non-Plasma Melalui Offtaker

Jika program ini berjalan sesuai rencana, dalam lima tahun mendatang petani PSR yang menerapkan intercropping sawit dengan padi berpotensi menghasilkan lebih dari setengah juta ton gabah atau sekitar 258.491 ton beras untuk masyarakat Indonesia.

“Ini merupakan peluang besar untuk mencapai swasembada pangan sekaligus meningkatkan kesejahteraan petani,” jelasnya.

Sementara itu, Direktur Tanaman Kelapa Sawit dan Aneka Palma Kementerian Pertanian, Ardi Praptono, menekankan bahwa program ini mencerminkan sinergi antara berbagai pihak dalam mempercepat swasembada pangan.

“Kami mendukung penuh program ini dan berharap para petani pekebun ikut serta. Program ini memberikan manfaat besar, terutama dalam meningkatkan kesejahteraan petani,” tutupnya.(BY)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *