Produksi Gula Indonesia Diproyeksi Cetak Rekor Tertinggi 95 Tahun

Produksi Gula Indonesia
Bendera india

Jakarta – Dalam beberapa tahun terakhir, Indonesia masih bergantung pada impor gula, termasuk dari India, salah satu produsen gula terbesar dunia. Namun, tak banyak yang tahu bahwa pada tahun 1930, Indonesia justru pernah mengekspor gula ke India hingga 800 ribu ton.

Saat ini, India menjadi eksportir gula terbesar dunia dengan produksi mencapai 32,8 juta ton pada periode 2022-2023. Direktur Utama PT Perkebunan Nusantara (PTPN), Mohammad Abdul Ghani, mengungkapkan bahwa di masa kejayaan industri gula, Indonesia mampu memproduksi hingga 3 juta ton per tahun, di mana dua pertiganya diekspor ke luar negeri.

“Pada tahun 1930, Indonesia memproduksi 3 juta ton gula, dan dua per tiganya diekspor. Bahkan, India yang kini menjadi salah satu eksportir terbesar dunia, pernah mengimpor 800 ribu ton gula dari Indonesia,” ujar Ghani dalam Mandiri Investment Forum di Jakarta, Selasa (11/2/2025).

Baca Juga  BMKG Prediksi Curah Hujan Tinggi di Indonesia Hingga Awal 2025

Meskipun saat ini produksi gula Indonesia tertinggal jauh dari India dan Brasil, pemerintah menargetkan untuk kembali mencapai swasembada gula. PTPN, sebagai produsen gula terbesar di Indonesia dengan kontribusi sekitar 40% dari total produksi nasional, telah menyiapkan strategi jangka panjang.

Ghani menargetkan bahwa pada 2027, Indonesia dapat memenuhi kebutuhan gula dalam negeri. Saat ini, produksi gula nasional berkisar 2,4 juta ton, sementara konsumsi mencapai 2,8 juta ton. Tahun ini, produksi gula nasional diperkirakan mencapai 2,58 juta ton, yang merupakan rekor tertinggi dalam 95 tahun terakhir.

“Tahun ini, Indonesia akan mencatat produksi gula terbesar dalam sejarah 95 tahun terakhir. Sejak 1931 hingga sekarang, produksi tertinggi mencapai 2,58 juta ton, dan insyaallah tahun ini kita akan melampaui angka tersebut,” katanya.

Baca Juga  Ribuan Orang di Gaza Berusaha Melintasi Perbatasan Rafah Mesir

Untuk mewujudkan swasembada gula, PTPN telah menyiapkan berbagai strategi, di antaranya memperluas lahan tebu dari 850 ribu hektare menjadi 1,8 juta hektare, meningkatkan rendemen tebu dari 6% menjadi 9%, serta menerapkan digitalisasi dan big data untuk efisiensi waktu tanam dan panen. Selain itu, dukungan dari pemerintah dan sektor perbankan, serta kebijakan harga dasar tebu oleh Badan Pangan Nasional (Bapanas), juga menjadi faktor penting.

Lantas, apakah Indonesia bisa kembali menjadi eksportir gula?

Jika strategi yang telah dirancang berjalan sesuai rencana, pada 2027 Indonesia diproyeksikan mampu memproduksi 4,5 juta ton gula, melampaui kebutuhan konsumsi domestik sebesar 2,8 juta ton. Bahkan, pada 2030, Indonesia berpotensi memenuhi seluruh kebutuhan gula nasional, termasuk untuk industri yang saat ini masih bergantung pada impor.(des*)