Jateng – Jawa Tengah dinyatakan sebagai wilayah yang rawan bencana, dengan cuaca ekstrem yang diprediksi akan berisiko empat kali lebih besar dibandingkan tahun sebelumnya. Berdasarkan informasi dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), ada 14 jenis ancaman bencana yang menjadi perhatian, dengan yang paling dominan adalah banjir, tanah longsor, banjir rob, gempa bumi, dan angin puting beliung.
Pj Gubernur Jawa Tengah, Nana Sudjana, menegaskan pentingnya kesiapan masyarakat dalam menghadapi potensi bencana ini. Bukan hanya Jateng, namun juga Jatim dan DIY,” ujar Nana dalam Rapat Koordinasi Forkopimda bertajuk “Menjaga Kondusivitas dan Pengendalian Inflasi Wilayah Menjelang Natal dan Tahun Baru” di kompleks gubernur, Senin (16/12/2024). “Cuaca ekstrem ini diperkirakan akan lebih berbahaya, empat kali lipat dibandingkan tahun lalu,” tambahnya.
Musim hujan yang dimulai pada Desember 2024 di seluruh wilayah Jawa Tengah diperkirakan akan mencapai puncaknya pada Februari 2025. BMKG memperkirakan hujan lebat disertai angin kencang dan petir akan melanda beberapa daerah.
Sejak Januari hingga 8 Desember 2024, Jawa Tengah tercatat mengalami 324 bencana dengan total kerugian mencapai Rp 76,74 miliar. Nana menyatakan bahwa penanganan bencana menjadi prioritas Pemprov Jateng. Berbagai langkah mitigasi telah dilakukan untuk meminimalkan dampak dan korban saat bencana terjadi. “Kami sudah mengirimkan surat ke BNPB untuk mengambil langkah-langkah mitigasi,” ujarnya.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Tengah, Bergas Catursasi Penanggungan, mengimbau masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan, khususnya di daerah rawan bencana. Dengan potensi bencana yang semakin besar, pemerintah daerah menekankan pentingnya langkah mitigasi yang efektif agar kerugian dapat diminimalkan. Masyarakat juga diimbau untuk mengikuti informasi cuaca dari BMKG dan waspada terhadap tanda-tanda bencana di sekitarnya. (des*)