Di tengah kabut mendung yang menggantung di langit, suasana di sekitar Candi Muaro Jambi terasa hidup dengan kedatangan wisatawan lokal yang baru saja tiba. Mereka datang dari Kota Sungai Penuh, Jambi, setelah menghadiri wisuda salah seorang keluarga mereka, pada Rabu, (11/12/2024). Meskipun cuaca tidak terlalu bersahabat, rasa penasaran untuk melihat situs bersejarah ini tetap kuat. Tak hanya bersemangat untuk menjelajah, mereka juga menemukan cara yang cukup unik untuk menikmati perjalanan ke candi ini.
Saat mereka tiba, seorang pria bertubuh gemuk berlari menghampiri. “Sini parkir Pak,” serunya sambil menunjuk ke area yang cukup teduh di bawah pohon, di mana sudah ada sekitar lima mobil yang terparkir rapi. Di tempat itu, tak hanya mobil yang terlihat, tetapi juga puluhan sepeda listrik yang terparkir berjejer dan beberapa bentor (becak motor) yang siap mengantar para pengunjung.
“Kalau mau keliling candi, ada bentor dan sepeda listrik,” ujar pria tersebut sambil tersenyum. Seakan memahami kebutuhan wisatawan, ia menawarkan sepeda listrik dan bentor. “Pakai sepeda listrik 50 ribu selama delapan jam, bentor antar jemput 50 ribu,” lanjutnya menawarkan.
Enam orang wisatawan lokal ini tertarik dan menyewa dua sepeda listrik dan dua bentor. “Bayarnya nanti aja pak,” sahutnya. Mereka menyewa dua sepeda listrik dan dua bentor. Baru berjalan 15 meter, Hidayah Ali Putra salah seorang dari mereka turun dari bentor membayar retribusi masuk di pos jaga. “Kami enam orang,” setelah membayar 150 ribu termasuk parkir mobil mereka melaju ke jalan aspal.
Jalan aspal tidak terlalu panjang, mereka melanjutkan perjalanan melewati jalan setapak yang dikelilingi oleh pemandangan pedesaan, nampak rumah kampung berjejer disepanjang jalan masuk.
Perjalanan menuju area inti Candi Muaro Jambi semakin seru dengan naik bentor, meski cuaca sedikit mendung. Angin sejuk menerpa wajah saat mereka melaju di jalan aspal yang tidak terlalu besar. Bentor yang mereka naiki cukup menarik, meskipun kondisi kursi sudah sedikit lusuh dan robek, tetap membuat perjalanan ini terasa nyaman. Setiap belokan dan jalan kerikil semakin menambah keseruan. Bagi mereka, perjalanan ini bukan hanya untuk menikmati keindahan sejarah, tetapi juga pengalaman yang unik.
“Satu hari berapa kali dapat tarikan pak,” tanya Dorlan Tamba Guru SMA Negeri 1 Sungai Penuh yang duduk disamping si abang bentor. “Kadang dapat 4, kadang 5. Lebih banyak lagi kalau hari libur,” jawabnya.
Lebih banyak pada hari libur, ketika pengunjung datang dalam jumlah yang lebih banyak. Meskipun begitu, petugas bentor ini tampak menikmati pekerjaan sehari-harinya, menjaga senyum meski berhadapan dengan kondisi kursi yang sudah tidak lagi datar.
Setelah perjalanan sekitar 15 menit, mereka akhirnya tiba di wilayah inti Candi Muaro Jambi. Jalan tanah yang dilalui semakin sempit, namun pemandangan sepanjang jalan memberi kesan tersendiri. Disekitar pintu masuk banyak warung-warung kecil sepertinya tidak terawat, sehingga mengurangi nilai keindahan, warung ini menyediakan air kemasan, makanan ringan dan mie siap saji.
Kehadiran warung dibawah pohon disekitar wilayah inti Candi berbanding terbalik dari lokasi candi yang nampak bersih dan asri.
Candi Muaro Jambi sendiri merupakan salah satu kompleks percandian terbesar di Asia Tenggara, dengan luas sekitar 3.981 hektar, dan memiliki berbagai candi dan bangunan kuno yang tersebar di seluruh kawasan, keindahan dan aura spiritual yang ada di tempat ini sangat memukau.
Candi ini menawarkan lebih dari sekadar keindahan arsitektur. Candi Muaro Jambi bukan hanya menjadi tempat wisata sejarah, tetapi juga sebuah pengalaman yang bisa menghubungkan pengunjung dengan masa lalu peradaban Melayu dan Sriwijaya. Bagi para wisatawan seperti keluarga yang datang dari Kota Sungai Penuh ini, perjalanan ke Candi Muaro Jambi memberikan kesan tersendiri. Mereka tidak hanya menikmati sejarah, tetapi juga merasakan kedamaian di tengah alam yang asri.
Kompleks candi terbesar di Asia Tenggara ini memiliki daya tarik luar biasa, bukan hanya karena nilai sejarahnya, tetapi juga berkat suasana bersih, asri, dan aman yang dijaga dengan penuh dedikasi. Salah satu orang yang berperan di balik semua itu adalah Nasrullah (38), seorang satpam honorer yang telah bekerja selama 12 tahun.
Di pintu masuk candi, Nasrullah berdiri dengan seragam satpamnya, disebelah kiri ada lambang Dinas Pendidikan Provinsi Jambi melempar senyum ramah kepada setiap pengunjung yang datang. “Siang, Pak. Sepeda listrik di luar saja, ya,” katanya. Meski tampak sederhana, tugasnya sangat penting memastikan ketertiban, keamanan, dan kenyamanan kawasan candi.
Tak jauh dari tempat Nasrullah bertugas, ada sekelompok ibu-ibu, sekitar 10 orang, duduk sambil beristirahat dan meneguk air minum. Mereka bertugas menjaga kebersihan kawasan. Dengan suara ramah namun tegas, Nasrullah mengingatkan pengunjung, “Silakan masuk, tapi semua makanan dan minuman kemasan tidak boleh dibawa ke dalam. Letakkan saja di tempat penitipan,” katanya.
Tempat penitipan barang yang dimaksud berupa gubuk kecil berukuran 2×3 meter. Di dalamnya, ada satu kursi plastik yang warnanya telah memudar dan retak di bagian kaki, serta bangku kayu sederhana yang dipaku seadanya. Meski fasilitasnya terbatas, gubuk itu menjadi salah satu elemen penting untuk menjaga kebersihan kawasan inti candi.
Sebagai satpam honorer, Nasrullah memiliki banyak cerita tentang tugasnya menjaga kawasan candi. Salah satu tantangan yang sering ia hadapi adalah pengunjung yang enggan menaati aturan, terutama terkait larangan membawa makanan dan minuman kemasan ke dalam kawasan candi.
“Kadang ada yang keukeuh bawa makanan ke dalam. Kalau orangnya ngerti, enak. Cukup dikasih tahu sekali, langsung dititipkan di gubuk. Tapi kalau ngeyel, itu yang bikin repot,” katanya sambil tersenyum.
Bersama empat rekan sesama satpam, Nasrullah bekerja bergiliran di beberapa pintu masuk. Ia mengungkapkan bahwa selama 12 tahun menjadi tenaga honorer, ia sangat berharap statusnya bisa berubah menjadi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK).
“Tanggal 13 Desember 2024 ini, saya ikut tes PPPK. Semoga ini jadi kesempatan untuk saya dan teman-teman honorer lainnya,” harapnya.
Selain satpam, ada 80 tenaga kebersihan yang juga bekerja sebagai honorer di kawasan Candi Muaro Jambi. Mereka bertugas menjaga kebersihan area yang luas ini, memastikan sampah tidak berserakan dan pengunjung merasa nyaman selama berada di kawasan candi. Sama seperti Nasrullah, mereka juga berharap bisa diterima menjadi PPPK di tahun yang sama.
“Kami tenaga satpam dan 80 orang tenaga kebersihan di sini sangat penting. Yang menjaga agar candi tetap bersih, indah, dan aman dari tangan-tangan jahil,” ungkap Nasrullah.
Kawasan inti Candi Muaro Jambi memang menawarkan pemandangan yang asri dan menenangkan. Banyak pohon besar tumbuh di dalamnya, termasuk pohon durian yang menjulang tinggi, memberikan keteduhan di tengah kompleks candi. Semua ini berkat kerja keras para tenaga honorer yang menjaga kawasan ini dari kerusakan.
Meski dengan fasilitas seadanya, dedikasi para tenaga honorer telah menciptakan suasana yang nyaman bagi pengunjung. Keindahan, kebersihan, dan keamanan kawasan candi tidak lepas dari tangan-tangan mereka yang bekerja tanpa pamrih.
Sebagai salah satu situs sejarah terpenting di Indonesia, Candi Muaro Jambi membutuhkan perhatian serius, termasuk untuk kesejahteraan para tenaga honorer yang mengabdikan diri di sana. Harapan Nasrullah dan rekan-rekannya untuk diangkat menjadi PPPK bukan hanya soal peningkatan status, tetapi juga pengakuan atas peran penting mereka dalam menjaga warisan budaya bangsa.
“Semoga pemerintah melihat perjuangan kami. Kami ingin masa depan yang lebih baik, untuk diri kami dan untuk candi ini,” tutup Nasrullah.
Kawasan Candi Muaro Jambi adalah simbol kejayaan masa lalu yang hanya dikelilingi pagar berupa jaring ditopang kayu seadanya sebagai tonggak setinggi dada orang dewasa. Nasrullah dan tenaga honorer lainnya adalah penjaga setia yang memastikan warisan ini tetap lestari untuk generasi mendatang. (Mardizal Sumara)