Bantul – Kasus leptospirosis di Kabupaten Bantul telah mengalami peningkatan sepanjang tahun ini. Data menunjukkan bahwa ada 157 kasus leptospirosis hingga 11 Oktober 2023, naik dari 137 kasus pada tahun 2022. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul, Agus Triwidyantara, mengungkapkan bahwa tren peningkatan kasus ini memprihatinkan, dan selama tahun ini, 9 orang telah meninggal akibat penyakit tersebut.
Menurut Agus, mayoritas penderita leptospirosis adalah petani. Meskipun musim kemarau tahun ini cukup panjang, bukan berarti para petani aman dari penyakit yang disebarkan oleh tikus ini. Mereka masih berisiko terkena penyakit ini melalui air yang telah terkontaminasi oleh urine tikus yang membawa bakteri leptospirosis.
Agus mengingatkan bahwa petani, terutama yang memiliki luka pada kaki, harus selalu berhati-hati. Banyak petani yang tidak menyadari bahwa luka pada kakinya terpapar air yang telah terkontaminasi urine tikus, sehingga mereka menjadi rentan terpapar leptospirosis. Jika seseorang mengalami gejala seperti mual, muntah, demam, sakit kepala, atau diare, sangat penting untuk segera mencari perawatan medis. Dengan diagnosis yang lebih dini, risiko kematian akibat leptospirosis dapat diminimalisasi. “Jika didiagnosis sejak awal, maka pengobatan dapat segera dilakukan,” tambah Agus.(des)