Mengapa Hidangan Lebaran Identik dengan Santan dan Lemak? Ini Alasannya!

Makanan Lebaran di Indonesia cenderung bersantan dan berlemak, kenapa?
Makanan Lebaran di Indonesia cenderung bersantan dan berlemak, kenapa?

Jakarta – Perayaan Idulfitri tak lengkap tanpa kehadiran aneka hidangan khas yang menggugah selera. Ketupat, opor ayam, rendang, gulai, dan berbagai menu lezat lainnya selalu menjadi sajian utama di meja makan saat Lebaran tiba.

Menariknya, sebagian besar hidangan tersebut mengandung santan dan lemak dalam jumlah tinggi. Lantas, mengapa makanan khas Lebaran di Indonesia identik dengan santan dan lemak?

Pengaruh Tradisi Kuliner Nusantara
Kuliner Indonesia dikenal kaya akan rempah-rempah dan bahan-bahan alami, termasuk santan yang telah lama digunakan dalam berbagai masakan daerah. Sejak zaman dahulu, santan menjadi bagian tak terpisahkan dari hidangan khas Nusantara karena memberikan cita rasa gurih dan tekstur yang lebih nikmat.

Selain itu, dalam budaya masyarakat, hidangan berkuah seperti opor dan gulai sering dikaitkan dengan momen perayaan besar. Secara turun-temurun, makanan ini diwariskan sebagai bagian dari tradisi Lebaran yang terus dipertahankan hingga kini.

Baca Juga  Lebaran Makin Berkesan, Mekanik Bengkel Rekanan Ikut Mudik Gratis

Mengembalikan Energi Pasca-Puasa
Selama bulan Ramadan, umat Muslim menjalankan ibadah puasa dengan menahan makan dan minum dari fajar hingga magrib. Saat Lebaran tiba, makanan berlemak dan bersantan sering dikonsumsi untuk membantu tubuh mendapatkan kembali energi setelah sebulan penuh menjalani pola makan terbatas.

Lemak berperan sebagai sumber energi yang lebih tahan lama dibandingkan karbohidrat, sehingga makanan seperti rendang dan gulai sering menjadi pilihan utama. Tak heran jika hidangan ini selalu hadir di meja makan saat hari kemenangan tiba.

Faktor Ketahanan Makanan
Selain alasan budaya dan kebutuhan energi, penggunaan santan dan lemak dalam hidangan Lebaran juga berkaitan dengan daya tahan makanan. Beberapa masakan khas seperti rendang yang dimasak dengan santan dan bumbu rempah memiliki ketahanan cukup lama, bahkan bisa bertahan selama beberapa hari tanpa disimpan di lemari es.

Baca Juga  Pemerintah Pastikan Diskon Tol Saat Mudik Lebaran 2025, Minimal 20%

Keunggulan ini sangat bermanfaat saat Lebaran, di mana keluarga sering memasak dalam jumlah besar untuk menjamu sanak saudara dan tamu yang datang bersilaturahmi. Hidangan berlemak dan bersantan juga lebih mudah dipanaskan kembali tanpa kehilangan rasa aslinya.

Tetap Bijak dalam Konsumsi
Meski lezat dan menjadi bagian dari tradisi, konsumsi makanan bersantan dan berlemak saat Lebaran sebaiknya tetap dikendalikan. Mengonsumsi makanan tinggi lemak secara berlebihan dapat meningkatkan kadar kolesterol dan berisiko menyebabkan gangguan kesehatan, seperti masalah pencernaan dan tekanan darah tinggi.

Sebagai solusinya, masyarakat bisa mengganti santan kental dengan santan encer, mengurangi pemakaian minyak dalam masakan, serta menyeimbangkannya dengan asupan sayur dan buah yang lebih banyak. Dengan begitu, tradisi kuliner Lebaran tetap bisa dinikmati tanpa mengorbankan kesehatan.(des*)