Libur Ramadan, Solusi atau Tantangan bagi Orang Tua?

Ramadan
ilustrasi

Jakarta – Pemerintah tengah mempertimbangkan kebijakan libur sekolah selama bulan Ramadan. Namun, sebagian orang tua justru merasa kurang setuju dengan usulan tersebut.

Puput, seorang ibu sekaligus pekerja lepas, mengungkapkan bahwa ia pernah merasakan libur sekolah selama Ramadan saat era Presiden Abdurrahman Wahid atau Gus Dur. Saat itu, ia memanfaatkan waktu dengan salat subuh, mengikuti ceramah agama, dan bermain bersama teman-temannya.

Namun, jika kebijakan ini diterapkan kembali, ia merasa agak keberatan. Di satu sisi, libur dapat menjadi momen bagi anak-anak untuk memahami nilai-nilai Ramadan. Namun di sisi lain, libur panjang juga menjadi tantangan bagi orang tua yang bekerja.

Ia menambahkan, bersekolah juga memberi semangat pada anak-anak bahwa mereka tidak sendiri dalam menjalani puasa.

Bowo, seorang ayah dengan dua anak, juga menyatakan ketidaksetujuannya terhadap usulan libur penuh selama Ramadan. Menurutnya, meski libur dapat membantu anak lebih fokus beribadah, pengalaman menunjukkan bahwa libur panjang sering kali membuat anak kurang produktif.

“Biasanya anak-anak hanya di rumah tanpa banyak kegiatan berarti selama libur,” jelasnya.

Baca Juga  Solusi WhatsApp Tidak Bisa Download Foto

Selain itu, ia khawatir pelajaran sekolah akan tertinggal karena durasi belajar yang berkurang selama Ramadan.

“Setelah Ramadan, guru harus mengejar materi yang tertunda selama libur,” tambah Bowo melalui pesan singkat.

Sebaliknya, Angger, seorang ibu dengan dua anak, mendukung penuh usulan libur sebulan penuh. Ia merasa bahwa libur memungkinkan orang tua lebih mudah memantau aktivitas anak dan membuat anak lebih fokus menjalankan ibadah Ramadan.

Namun, ia juga mengakui bahwa ada risiko anak-anak terlalu banyak bermain hingga puasanya terganggu, serta adanya potensi keterlambatan dalam penyelesaian materi pelajaran.

Alternatif Libur di Awal dan Akhir Ramadan

Usulan libur sekolah selama Ramadan pertama kali disampaikan oleh Menteri Agama Nasaruddin Umar pada Desember 2024, yang kemudian menimbulkan pro dan kontra. Hingga kini, keputusan resmi belum diumumkan.

Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Abdul Mu’ti mengusulkan tiga opsi terkait kebijakan ini, yakni libur penuh selama Ramadan, libur di awal dan akhir Ramadan, atau tetap bersekolah seperti biasa.

Puput merasa opsi libur di awal dan akhir Ramadan merupakan pilihan terbaik. Libur di awal Ramadan memberi anak waktu untuk beradaptasi dengan puasa, sementara libur di akhir Ramadan dapat dimanfaatkan untuk lebih fokus beribadah.

Baca Juga  Hujan Deras Picu Longsor, Rumah di Bruno Hancur

“Menjelang Lebaran, libur sangat penting karena menjadi momen umat Islam meningkatkan ibadah. Saya biasanya memperbanyak salat tarawih, membaca Al-Qur’an, dan mengajak anak membuat kue Lebaran bersama,” jelas Puput.

Bowo dan Angger juga sependapat dengan opsi libur di awal dan akhir Ramadan. Mereka menilai anak-anak tetap bisa beraktivitas selama puasa dengan pengurangan jam belajar di sekolah.

“Jam belajar saat Ramadan bisa dikurangi sekitar satu jam,” kata Bowo.(des*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *