Sampit, fajarharapan.id – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengimbau seluruh komponen di Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah, untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap risiko kebakaran hutan dan lahan karena kemarau di wilayah tersebut diperkirakan akan berlangsung selama satu bulan ke depan.
Rahmat Wahidin Abdi, Prakiraan Stasiun Meteorologi Haji Asan Kotawaringin Timur, Senin 11 September 2023 menjelaskan, situasi cuaca saat ini dalam sebuah pertemuan di kantor Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kotawaringin Timur.
Abdi menyatakan, prakiraan curah hujan untuk tiga dasarian ke depan masih dalam kategori rendah, berlangsung selama 30 hari ke depan. Selain itu, hujan yang diperkirakan hanya akan terjadi di wilayah hulu atau utara Kotawaringin Timur dengan intensitas rendah dan durasi singkat.
Rapat tersebut dihadiri oleh Bupati Halikinnor dan menyepakati untuk meningkatkan status siaga ke status tanggap darurat dalam menghadapi risiko kebakaran hutan dan lahan. Status tanggap darurat ini akan berlaku selama 14 hari dan akan dievaluasi.
Keputusan ini didasarkan pada hasil penilaian Stasiun Meteorologi Haji Asan Kotawaringin Timur tentang kondisi cuaca di daerah tersebut. Abdi menjelaskan bahwa pada bulan Juni lalu tercatat ada 101 titik panas (hot spot) dengan sebaran terbanyak di Kecamatan Mentaya Hilir Selatan.
Selanjutnya, pada bulan Juni, terjadi penurunan sedikit dengan 92 titik panas. Sebaran hot spot terbanyak beralih ke daerah hulu atau utara, khususnya di Kecamatan Antang Kalang, namun hot spot tetap ada di Kecamatan Teluk Sampit.
Bulan Juli melihat penurunan lebih lanjut dengan 83 titik panas. Penurunan ini terjadi karena gangguan atmosfer seperti gelombang Kelvin dan Rossby yang membawa hujan dengan intensitas lebat selama satu dasarian. Namun, titik panas kembali meningkat di Kecamatan Mentaya Hilir Selatan.
“Agustus menyaksikan peningkatan yang signifikan dengan 1.451 titik panas yang terkonsentrasi di Mentaya Hilir Selatan. Hingga tanggal 10 September, jumlah titik panas sudah mencapai 1.606 dengan konsentrasi yang sama di Mentaya Hilir Selatan,” tambah Abdi.
Dia juga mengingatkan bahwa meskipun Kotawaringin Timur masih mengalami puncak musim kemarau pada bulan September, perlu diwaspadai di wilayah selatan, termasuk Kecamatan Mentaya Hilir Selatan, Teluk Sampit, dan Pulau Hanaut.
Kemarau diperkirakan akan berakhir mulai Oktober dasarian II, tetapi awal musim hujan tidak akan merata, dimulai dari utara, tengah, lalu ke selatan. Puncak musim hujan diharapkan terjadi pada Desember 2023 dan Januari 2024. Meskipun demikian, curah hujan kemungkinan akan lebih rendah dibandingkan tahun-tahun sebelumnya karena faktor El Nino yang masih berpengaruh positif.
Abdi mengingatkan bahwa faktor cuaca hanyalah salah satu faktor pendukung risiko kebakaran hutan dan lahan, dan masih ada faktor lain yang dapat memengaruhi situasi tersebut. (audy)