Jakarta – PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) terus mengawal roadmap dekarbonisasi dan transisi energi dengan prestasi mengesankan. Hingga akhir tahun 2022, KPI berhasil mengurangi emisi karbon sebanyak 3,3 juta ton CO2 secara akumulatif.
Direktur Utama KPI, Taufik Aditiyawarman, menyatakan komitmen perusahaan untuk melanjutkan langkah-langkah positif ini dengan menargetkan reduksi emisi operasi hingga 32% pada tahun 2030. Tujuan ini sejalan dengan bauran energi 2030 dan visi net zero emission 2060 yang diusung oleh pemerintah Indonesia.
“Dalam menjalankan pengembangan kilang dan menghadapi transisi energi ke depan, KPI berupaya menyeimbangkan antara security, affordability, dan sustainability, atau yang dikenal sebagai trilemma energi,” ujar Taufik Aditiyawarman dalam keterangan tertulisnya, Jakarta, Jumat (17/11/2023).
Selain fokus pada pengurangan emisi, KPI juga berkomitmen untuk mengembangkan kilang dengan mengutamakan keberlanjutan dan hilirisasi produk turunan kilang seperti Petrokimia.
Taufik menjelaskan bahwa KPI telah merancang strategi utama untuk mengurangi emisi karbon di kilang, mulai dari teknologi hingga solusi berbasis alam atau Nature-Based Solution.
“Pertama, strategi berbasis teknologi, ditunjukkan dengan upaya penurunan emisi aset eksisting seperti Flare Gas Recovery System (FGRS), pemanfaatan utilisasi eksternal, dan Advanced Process Control (APC). Kami juga aktif dalam mengembangkan proyek Kilang Hijau (Green Refinery), termasuk di Kilang Cilacap untuk meningkatkan efisiensi energi. Di fase ke-2 nanti, Kilang Cilacap dirancang untuk dapat mengolah minyak jelantah,” terang Taufik.
Dalam upaya meningkatkan efisiensi energi, Kapasitas produksi Kilang Hijau Cilacap, yang saat ini mencapai 3.000 barel, akan ditingkatkan menjadi 6.000 barel saat beroperasi penuh pada tahun 2026.
Selain itu, KPI juga memperkenalkan solusi berbasis alam dengan memproduksi energi beremisi rendah seperti Pertamina Renewable Diesel dan Pertamina Sustainable Aviation Fuel (SAF). KPI juga aktif dalam menjalankan program pelestarian lingkungan, termasuk penanaman mangrove di sekitar area kilang.
Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM, Dadan Kusdiana, menekankan bahwa peranan bahan bakar fosil, termasuk BBM, masih diperlukan sebagai sumber bahan bakar di sektor transportasi selama proses transisi energi.
“Nantinya, kendaraan yang masih menggunakan BBM dapat melakukan konversi ke kendaraan listrik atau peningkatan spesifikasi agar emisinya berkurang,” tambah Dadan.(BY)