NTB – Sebanyak 183 warga pendatang asal Sumba, Nusa Tenggara Timur (NTT), dievakuasi ke Kantor Dinas Sosial (Dinsos) Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB), pada Rabu malam (15/1/2025), setelah sebelumnya mereka mengungsi di Polsek Woha akibat kerusuhan yang meletus di Pasar Raya Tente. Kerusuhan ini diduga dipicu oleh kasus pelecehan seksual yang dilakukan oleh seorang warga Sumba terhadap pengunjung pasar setempat.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bima, Isyrah, menjelaskan, “Tadi malam, kami mengangkut 183 orang warga Sumba dari Polsek Woha.” Isyrah menambahkan bahwa evakuasi dilakukan karena fasilitas di Polsek tidak cukup menampung warga yang terdiri dari anak-anak, remaja, dan orang dewasa.
Dari total tersebut, 103 orang dipindahkan ke kantor Dinsos Bima, sementara 80 orang lainnya diarahkan ke Mapolres Bima. Dua posko pengungsian telah didirikan di lokasi-lokasi tersebut untuk memberi perlindungan kepada mereka yang merasa takut akan adanya aksi lanjutan dari warga dan keluarga korban pelecehan seksual.
Isyrah memastikan bahwa pasokan makanan dan minuman untuk para pengungsi sudah terjamin. “Makanan sudah disiapkan oleh pemerintah daerah dan juga dengan sistem gotong royong,” katanya.
Sebelumnya, sekelompok warga di Kecamatan Woha, Kabupaten Bima, melakukan aksi pembakaran terhadap beberapa sepeda motor milik warga asal Sumba. Peristiwa ini terjadi pada Rabu pagi (15/1/2025) sekitar pukul 10.00 WITA di kawasan Pasar Raya Tente. Menurut informasi yang diterima, kerusuhan ini merupakan respons terhadap kasus pelecehan seksual yang diduga dilakukan oleh seorang pria asal Sumba. (des*)