Jakarta – Kawasan Industri Morowali kembali menjadi pusat perhatian akibat insiden di sektor industri pengolahan mineral (smelter). Belum genap sebulan setelah terjadinya ledakan tungku di PT Indonesia Tsingshan Stainless Steel (ITSS), kini giliran smelter milik PT Sulawesi Mining Investment yang mengalami kejadian serupa.
“Kembali terjadi insiden di smelter yang diinvestasikan oleh China,” ungkap Jannus TH Siahaan, Peneliti Indonesia Institute for Sustainable Mining (IISM), pada Senin (22/1/2024).
Dari peristiwa ini, negara diharapkan untuk mengambil tanggung jawab penuh terhadap semua kejadian yang terjadi di sektor industri pengolahan mineral, termasuk insiden meledaknya tungku smelter.
“Kita harus berhenti menyalahkan pihak lain, termasuk investor, terkait kejadian ini. Karena pada dasarnya, negara yang memberikan izin operasional, mengundang investor untuk beroperasi, dan oleh karena itu, negara pula yang seharusnya bertanggung jawab dalam pengawasan kegiatan tersebut,” ungkap Jannus.
Sementara itu, pemerintah diharapkan untuk melakukan penyelidikan menyeluruh, bahkan dengan tingkat detail yang lebih tinggi dari yang telah dilakukan sebelumnya. Pasalnya, kejadian ini bukanlah yang pertama kali, bahkan terjadi beberapa kali dalam rentang waktu yang sangat singkat.
Jannus menyarankan agar pemerintah membentuk tim investigasi terpadu yang melibatkan lintas Kementerian, Lembaga, dan pemerintah daerah setempat. Hal ini diharapkan dapat memastikan bahwa proses penyelidikan berlangsung secara menyeluruh dan komprehensif.
“Dengan langkah tersebut, hasil investigasi dapat diterima oleh semua pihak dan mewakili kepentingan yang terkait dengan tanggung jawab pengawasan tersebut,” tambah Jannus.(BY)