Painan – Ribuan warga Nagari Lubuk Betung dan Kudo-Kudol menyampaikan rasa terima kasih kepada Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat, atas pembangunan jembatan yang menghubungkan kedua nagari tersebut.
Kepala Bidang Bina Marga Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR), Fahrezi Eka Siska, menyatakan bahwa jembatan ini menjadi solusi atas kekhawatiran masyarakat yang selama ini harus mempertaruhkan nyawa saat melakukan aktivitas.
“Ini sangat penting, terutama bagi para petani, karena ada ribuan hektare lahan pertanian di daerah ini,” ujarnya di Painan, (10/10).
Pembangunan jembatan gantung di Nagari Lubuk Betung yang memiliki panjang 76 meter dan lebar 1,6 meter ini dibiayai melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) 2024 sebesar Rp2,1 miliar.
Eka menjelaskan bahwa sebelumnya, warga dari kedua nagari harus menyeberangi sungai menggunakan rakit dari ban dalam mobil untuk beraktivitas, yang membawa risiko tinggi. Selain itu, biaya angkut menjadi lebih mahal, sehingga produk yang dihasilkan kurang bersaing dibandingkan dengan lokasi perkebunan lain di kecamatan yang sama.
“Di sinilah terlihat keberpihakan pemerintah terhadap masyarakat. Pemerintah hadir untuk memenuhi kebutuhan warganya,” tambahnya.
Meski begitu, Eka mengakui bahwa sulit bagi pemerintah daerah untuk memenuhi semua permintaan masyarakat terkait pembangunan.
Kabupaten Pesisir Selatan memiliki rentang wilayah sepanjang 264 kilometer dari utara hingga selatan. Dengan keterbatasan anggaran, pemerintah harus menetapkan skala prioritas.
Ia menambahkan bahwa pembangunan jembatan ini sejalan dengan visi-misi kepala daerah yang tercantum dalam RPJMD. Dalam 3,5 tahun terakhir, tema pembangunan jalan dan jembatan berfokus pada mendukung ketahanan pangan.
Tema lainnya mencakup pariwisata, seperti di penangkaran penyu di Nagari Amping Parak, Kecamatan Suera, dan peningkatan konektivitas daerah untuk mendorong pembangunan.
“Dengan akses yang lebih baik, perputaran ekonomi pun akan semakin meningkat. Semua kebutuhan itu penting, namun prioritas utama adalah yang paling mendesak,” jelas Eka.
Salah satu tokoh pemuda setempat, Hendra (39), menambahkan bahwa kehadiran jembatan ini telah lama menjadi harapan mereka karena sebelumnya masyarakat merasa terisolasi.
Kini, dengan adanya jembatan, masyarakat merasa terbebas dari belenggu isolasi. Mereka tidak perlu lagi mengeluarkan biaya tinggi untuk beraktivitas, dan akses ke jalan nasional pun semakin dekat.
Harga komoditas yang dihasilkan juga menjadi lebih kompetitif seiring dengan lancarnya pengangkutan hasil panen, sehingga produk petani dapat bersaing di pasar.
Masyarakat kini lebih mudah mengakses fasilitas umum seperti layanan kesehatan, pendidikan, dan administrasi kependudukan.
“Atas nama warga dan pribadi, kami mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan karena jembatan ini akhirnya terwujud,” tutupnya.(des*)