GAZA – Amerika Serikat (AS) untuk pertama kalinya mengkonfirmasi bahwa mereka telah menerbangkan drone pengintai tak bersenjata di Gaza.
Juru bicara Pentagon Brigjen Pat Ryder mengatakan drone tersebut beroperasi untuk mendukung upaya pemulihan sandera.
“Penerbangan UAV ini dimulai setelah serangan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober,” katanya dalam pernyataan singkat, dikutip BBC.
Pengakuan ini muncul setelah wartawan melihat kendaraan udara tak berawak (UAV) di situs pelacakan penerbangan.
“AS melakukan penerbangan UAV tak bersenjata di Gaza, serta memberikan saran dan bantuan untuk mendukung mitra Israel kami dalam upaya pemulihan sandera mereka,” kata pernyataan Pentagon pada Jumat (3/11/2023).
Konfirmasi ini muncul setelah wartawan melihat MQ-9 Reaper, yang biasanya dioperasikan oleh pasukan khusus Amerika, mengelilingi Gaza di Flightradar24, sebuah situs pelacakan penerbangan yang tersedia untuk umum.
Drone Reaper sebelumnya telah dikerahkan untuk melakukan serangan udara di Afghanistan, namun terutama digunakan sebagai pesawat pengintai karena kemampuannya untuk “berkeliaran” di atas suatu area selama lebih dari 20 jam dalam satu waktu.
Pejabat militer AS yang tidak disebutkan namanya mengatakan kepada New York Times bahwa drone tersebut tidak membantu mengoordinasikan aksi militer Israel di dan sekitar Gaza. Para pejabat mengatakan kepada surat kabar tersebut bahwa informasi terkait pemulihan sandera telah diteruskan ke pihak Israel.
Ini bukan satu-satunya kendaraan militer Amerika yang dikendalikan dari jarak jauh yang beroperasi di wilayah tersebut.
Pada Kamis (2/11/2023), Angkatan Laut AS mengumumkan bahwa mereka telah menembakkan amunisi mematikan dari kendaraan permukaan tak berawak (USV) – sebuah speed boat – di perairan internasional Laut Arab.
Dalam sebuah pernyataan, Angkatan Laut mencatat bahwa tes pada tanggal 23 Oktober adalah pertama kalinya amunisi tempur ditembakkan dari USV di Timur Tengah.
Angkatan Laut Amerika mengatakan perkembangan ini membawa kemampuan militer Amerika di wilayah tersebut ke “tingkat berikutnya”.
Bulan lalu, Angkatan Laut AS mengatakan telah menembak jatuh beberapa drone dan roket yang ditembakkan dari Yaman yang tampaknya mengarah ke Israel.
AS juga telah mengirim dua kapal perang ke Mediterania timur, dengan mengatakan bahwa mereka berada di sana untuk mencegah meluasnya perang antara Hamas dan Israel.
Dalam pidatonya yang berapi-api pada Jumat (3/11/2023), pemimpin Hizbullah Lebanon Hassan Nasrallah memperingatkan AS agar tidak menggunakan kapal tersebut untuk menyerang kelompok militan tersebut.
“Armada Anda di Mediterania tidak membuat kami takut dan tidak akan pernah membuat kami takut,” katanya.