Gempa 7,7 Magnitudo Guncang Myanmar, Ribuan Orang Tewas

Gempa
Personel INASAR menjalankan operasi pencarian dan pertolongan terhadap korban

Internasional Jumlah Korban Tewas Akibat Gempa Myanmar Meningkat Jadi Lebih dari 2.800 Orang Jumlah korban jiwa akibat gempa bumi dahsyat yang melanda Myanmar pekan lalu terus bertambah, dengan total lebih dari 2.800 orang meninggal dan lebih dari 4.600 lainnya mengalami luka-luka.

Informasi ini disampaikan oleh pemerintah militer Myanmar pada Rabu (3/4), lima hari setelah bencana yang memperburuk krisis kemanusiaan di negara yang tengah dilanda konflik bersenjata tersebut.

Gempa berkekuatan 7,7 magnitudo yang mengguncang wilayah tengah Myanmar diperkirakan masih akan menambah jumlah korban, karena ratusan orang diyakini masih terjebak di bawah reruntuhan di Mandalay—kota terbesar kedua di Myanmar yang berlokasi dekat dengan pusat gempa. Upaya penyelamatan pun terhambat oleh keterbatasan alat berat.

Baca Juga  Gelombang Tsunami Menerjang Kochi dan Miyazaki Setelah Gempa 6,9

Laporan terbaru mengenai korban jiwa ini diumumkan setelah tiga kelompok bersenjata etnis minoritas yang tergabung dalam sebuah aliansi mengeluarkan pernyataan gencatan senjata sepihak selama satu bulan. Gencatan senjata tersebut bertujuan untuk mendukung upaya kemanusiaan pascagempa.

Aliansi yang dikenal sebagai “Tiga Bersaudara”—terdiri dari Tentara Arakan, Tentara Aliansi Demokrasi Nasional Myanmar, dan Tentara Pembebasan Nasional Ta’ang—menyatakan pada Selasa bahwa mereka tidak akan melakukan serangan ofensif dan hanya akan bertindak untuk mempertahankan diri demi kelancaran operasi bantuan kemanusiaan.

Selain itu, pada Sabtu lalu, pemerintahan paralel yang dibentuk oleh anggota pemerintahan sipil Aung San Suu Kyi, yang digulingkan dalam kudeta pada Februari 2021, juga mengumumkan gencatan senjata sepihak.

Baca Juga  Gempa 4,0 di Mentawai, BMKG Minta Warga Tetap Waspada

Di sisi lain, pihak militer Myanmar belum mengeluarkan pernyataan apakah mereka akan menghentikan serangan. Laporan media lokal mengungkap bahwa serangan udara masih terus dilancarkan terhadap wilayah-wilayah yang dikuasai kelompok oposisi, yang terdiri dari beberapa kelompok pemberontak etnis minoritas dan pemerintahan sipil bayangan, Pemerintah Persatuan Nasional.

Pada Rabu, Junta mengumumkan bahwa lebih dari 1.500 anggota tim penyelamat asing telah dikerahkan untuk melakukan operasi evakuasi pascagempa di Myanmar.

Di hari yang sama, tim medis asal Jepang tiba di Yangon untuk menyalurkan bantuan darurat, termasuk perlengkapan sanitasi, air bersih, serta alat pemurnian air.(des*)