banner sidebar

Fakta Terbaru, Lumpur Lapindo Masih Menyembur, Hanya Lebih Lemah

Lumpur Lapindo
Lumpur Lapindo

Jakarta – Belakangan ini, kabar mengenai berhentinya semburan lumpur Lapindo di Porong, Sidoarjo, Jawa Timur ramai diperbincangkan di media sosial. Informasi tersebut tersebar luas di berbagai platform seperti TikTok, Twitter, Instagram, dan Facebook.  

Diketahui, semburan lumpur Lapindo pertama kali terjadi pada 29 Mei 2006 dan hingga kini sudah berlangsung hampir 19 tahun. Namun, apakah benar lumpur Lapindo telah berhenti menyembur seperti yang diklaim dalam unggahan di media sosial?  

Fakta di Lapangan: Semburan Lumpur Masih Berlangsung

Legiman, seorang warga setempat yang kini menjadi pemandu wisata di kawasan Lumpur Lapindo, membantah kabar bahwa semburan telah berhenti.  

“Kabar bahwa lumpur Lapindo sudah berhenti sama sekali tidak benar,” ujar Legiman dalam wawancara dengan YouTube Kompas.com, Minggu (23/3/2025).  

Ia menjelaskan bahwa jika semburan lumpur telah benar-benar berhenti, maka tidak akan ada lagi asap putih pekat serta bau gas yang tercium di sekitar area tersebut.  

“Kalau memang sudah berhenti, pasti asapnya juga sudah tidak ada,” tambahnya.  

Sebagai bukti lain, Legiman menunjukkan adanya endapan lumpur padat yang masih mengalami pecah-pecah akibat proses pengeringan alami. Ia menegaskan bahwa semburan lumpur bukan berhenti, melainkan mengalami penurunan intensitas.  

Baca Juga  Polres Gumas Amankan Pasutri Tersangka Pemalsuan SIM Online

Menurutnya, penurunan ini terjadi karena PT Lapindo Brantas telah membuka beberapa sumur baru di sejumlah titik.  

“Kalau ada yang bilang lumpur sudah berhenti, itu tidak benar. Lumpur masih keluar, hanya saja tidak seperti dulu. Kalau dulu mencapai 100 persen, sekarang sekitar 25-30 persen saja,” jelasnya.  

Legiman juga menambahkan bahwa perubahan ini membuat semburan lumpur terlihat lebih sedikit dibandingkan masa-masa awal. Dahulu, ketinggian lumpur masih rendah, sehingga tekanan lumpur yang keluar lebih tinggi. Kini, endapan lumpur sudah mencapai sekitar 25 meter dari dasar pengeboran, sehingga tekanan ke atas lebih terbatas.  

Prediksi Semburan Lumpur di Masa Depan

Lebih lanjut, Legiman menyebutkan bahwa kandungan gas di dalam lumpur Lapindo diperkirakan masih akan bertahan hingga 350 tahun. Penurunan tekanan semburan terjadi karena adanya pengeboran sumur baru yang memanfaatkan gas untuk produksi LPG melalui sistem pembuangan seperti saluran air PDAM.  

Pakar Geologi dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, Amien Widodo, turut memberikan pandangannya. Ia menilai bahwa cadangan gas di bawah lumpur Lapindo masih sangat besar, sehingga semburan dapat terus berlangsung dalam waktu yang cukup lama.  

Baca Juga  Presiden Jokowi Ingatkan Disiplin dan Transparansi dalam Alokasi Belanja Negara 2024

Menurutnya, saat pengeboran dilakukan, sumber gas akan mendorong lumpur dan air ke permukaan. Namun, bukan berarti cadangan gas tidak akan habis.  

“Beberapa tahun terakhir, intensitas semburan mulai menurun. Ini menunjukkan bahwa sumber gas di bawahnya sudah mulai berkurang dan tidak lagi memproduksi dalam jumlah besar,” kata Amien.  

Meski demikian, ia tidak bisa memastikan kapan semburan lumpur benar-benar berhenti, sebab titik semburan tidak hanya terjadi di Kecamatan Porong, Tanggulangin, dan Jabon, tetapi juga meluas hingga Kecamatan Sedati dan wilayah Surabaya.  

“Sampai sekarang masih ada semburan meskipun sedikit. Sulit untuk memprediksi kapan akan benar-benar berhenti. Biasanya, semburan seperti ini akan berhenti sendiri dengan waktu yang tidak bisa ditentukan,” tambahnya.  

Amien juga menekankan bahwa saat ini tidak ada kekhawatiran lumpur Lapindo akan meluap, sebab aliran lumpur telah diarahkan ke Sungai Porong.  

“Tanggul sudah dibangun untuk menahan luapan, jadi dampaknya tetap berada di sekitar area tersebut dan tidak menyebar lebih jauh,” tutupnya. (da*)