Jakarta – Pelaku UMKM di Indonesia memiliki peluang besar untuk menembus pasar ekspor, namun mereka perlu mempersiapkan strategi sebelum memasarkan produk di pasar ekspor global.
Langkah awal untuk melihat potensi bisnis ekspor produk UMKM adalah dengan menggunakan etika komunikasi bisnis. Etika komunikasi bisnis merupakan langkah awal bagi UMKM untuk berkomunikasi dengan berbagai pihak dan menghadapi tantangan ekspor.
Konsultan Komunikasi REQComm, Retno Kusumastuti, menekankan bahwa etika dalam komunikasi bisnis bertujuan agar komunikasi dalam konteks bisnis menjadi jujur, adil, dan bertanggung jawab. Hal ini untuk memastikan tidak ada langkah yang menuju hal-hal negatif, terutama dalam memahami kebutuhan konsumen terhadap produk di pasar global.
Selain itu, aspek kerahasiaan juga penting, karena pelanggaran privasi dapat berujung pada sanksi hukum, terutama terkait dengan penjualan data pelanggan.
“Tanggung jawab sosial dalam etika komunikasi bisnis melibatkan cara perusahaan berkomunikasi mengenai dampak lingkungan, kesejahteraan sosial, dan masalah etis lainnya,” tambahnya.
Menurutnya, komunikasi bisnis adalah pondasi untuk menjalankan bisnis yang sukses dan perlu dianggap sebagai suatu bentuk negosiasi. Menguasai keterampilan negosiasi membutuhkan pengalaman, sehingga jika tidak dilakukan dengan benar, maka hasilnya tidak akan maksimal.
Konsultan Digital Bisnis, Tuhu Nugraha, menyoroti bagaimana media sosial dan digital dapat membantu UMKM Indonesia dalam ekspor. Menurutnya, langkah pertama adalah mengetahui target audiens yang memiliki potensi untuk membeli produk yang dijual.
“Ekspor dapat ditujukan ke berbagai tujuan sesuai dengan kebutuhan. Afrika, misalnya, memiliki kebutuhan produk dengan standar kualitas yang tidak harus terbaik, dan regulasinya lebih sederhana dibandingkan dengan ekspor ke Eropa,” kata Tuhu.
Tuhu menekankan pentingnya memahami bahwa setiap produk memiliki segmen pasar yang berbeda, dan yang terpenting adalah produk tersebut laku dan terjangkau.
Setelah mengetahui target audiens, langkah selanjutnya adalah membuat cerita mengenai produk dengan semenarik mungkin agar menarik perhatian mereka. Visual yang menarik juga menjadi kunci penting, terutama ketika tidak ada pertemuan langsung dengan pembeli.
“Konsistensi dalam branding juga penting, interaktif, dan melibatkan partisipasi untuk meningkatkan algoritma,” tutur Tuhu.(BY)