Jakarta – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan bahwa proses konsolidasi fiskal akan berlanjut hingga tahun 2023. Pemerintah tetap mempertahankan estimasi penerimaan negara sebesar Rp2.637 Triliun dan belanja negara sebesar Rp3.123 Triliun.
“Kami proyeksikan defisit pada tahun 2023 sekitar 2,3% atau bahkan lebih kecil dari Produk Domestik Bruto (GDP),” ungkap Sri Mulyani di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, pada Rabu (29/11/2023).
Menurutnya, proses legislasi dalam demokrasi berjalan dengan baik selama ini, memungkinkan pemerintah untuk merumuskan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang responsif.
“Dengan APBN yang selalu responsif, kita melihat bahwa APBN terus mendukung pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi sebesar 5% tetap terjaga selama 8 kuartal, meskipun dunia mengalami guncangan seperti Pandemi Covid-19, volatilitas harga komoditas, kenaikan inflasi, dan peningkatan suku bunga jangka panjang,” kata Sri Mulyani.
Guncangan tersebut diatasi melalui penggunaan APBN, memungkinkan pemerintah untuk menjaga stabilitas harga dan meminimalkan tingkat inflasi.
Sri Mulyani menambahkan bahwa APBN juga memainkan peran penting dalam mendukung transformasi Indonesia, termasuk dalam hilirisasi dan penciptaan nilai tambah dalam ekonomi negara.
“Ini membuat ekonomi kita tetap tangguh dalam menghadapi guncangan dan ketidakpastian yang terus berlanjut,” pungkasnya.(BY)