Jakarta – Daun kelor dikenal sebagai tanaman dengan banyak manfaat, khususnya untuk kesehatan tubuh. Namun, tidak semua orang aman mengonsumsinya. Ada beberapa kelompok yang justru harus menghindari daun kelor demi menjaga kesehatan mereka.
Daun kelor memiliki kandungan nutrisi tinggi, seperti vitamin C, vitamin A, dan asam amino, yang dapat meningkatkan sistem imun. Dilansir dari WebMD, tanaman kelor berasal dari India dan kini banyak tumbuh di berbagai negara, termasuk Indonesia.
Tanaman ini mudah dibudidayakan dan tetap mempertahankan sebagian besar kandungan nutrisinya meskipun telah dikeringkan atau diolah.
Kelompok Orang yang Harus Menghindari Daun Kelor
Meski kaya manfaat, ada beberapa kelompok orang yang disarankan untuk tidak mengonsumsi daun kelor karena dapat memberikan efek negatif pada kesehatan mereka:
1. Ibu Hamil
Konsumsi daun kelor sebaiknya dihindari pada awal masa kehamilan, terutama pada trimester pertama. Bagian lain dari tanaman kelor, seperti akar, kulit batang, dan bunga, mengandung senyawa yang dapat merangsang kontraksi rahim, sehingga berpotensi membahayakan kehamilan.
Menurut Medical News Today, akar dan kulit batang kelor dalam pengobatan tradisional bahkan digunakan untuk memicu keguguran. Namun, daun kelor bisa dianggap lebih aman jika dikonsumsi pada trimester kedua dan ketiga, dengan pengawasan dokter.
2. Penderita Hipotiroidisme
Bagi penderita hipotiroidisme, konsumsi daun kelor perlu dihindari. Tanaman ini mengandung senyawa yang dapat memengaruhi fungsi kelenjar tiroid, sehingga berisiko memperburuk gejala kekurangan hormon tiroid.
3. Pengguna Obat Diabetes
Daun kelor diketahui memiliki efek menurunkan kadar gula darah. Namun, bagi penderita diabetes yang sedang menjalani pengobatan dengan obat antidiabetes, konsumsi daun kelor dapat menyebabkan kadar gula darah turun terlalu rendah (hipoglikemia), yang berbahaya bagi tubuh.
4. Pengguna Obat Hipertensi
Daun kelor juga memiliki kemampuan untuk menurunkan tekanan darah. Akan tetapi, jika dikonsumsi bersamaan dengan obat hipertensi, risiko tekanan darah menjadi terlalu rendah (hipotensi) dapat meningkat, yang berpotensi membahayakan kesehatan.(BY)