Jakarta – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan bahwa gerombolan awan hujan yang terdeteksi akan melintasi wilayah Indonesia, berpotensi meningkatkan curah hujan selama libur Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2025.
Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, menjelaskan bahwa dampak dari pergerakan awan tersebut akan dirasakan terutama di Pulau Jawa dan Sumatra yang saat ini sedang berada di puncak musim hujan. Peningkatan curah hujan diprediksi akan semakin intensif antara tanggal 20 hingga 26 Desember 2024.
Pernyataan ini disampaikan oleh Dwikorita saat kunjungan ke kantor Kementerian Pekerjaan Umum (PU) untuk membahas kesiapsiagaan menghadapi cuaca ekstrem menjelang akhir tahun. Dalam kesempatan tersebut, Wakil Menteri PU, Diana Kusumastuti, bersama jajaran terkait menerima kunjungan tersebut.
Dwikorita menekankan pentingnya kerja sama antara BMKG dan Kementerian PU dalam mengatasi ancaman cuaca ekstrem yang semakin sering terjadi. Selain itu, BMKG juga telah mengidentifikasi tiga fokus utama, yakni antisipasi bencana hidrometeorologi seperti banjir dan tanah longsor, kewaspadaan terhadap ancaman banjir lahar di sekitar Gunung Lewotobi Laki-Laki, serta penguatan upaya mitigasi bencana yang terintegrasi.
Menurut Dwikorita, faktor dinamis atmosfer seperti gelombang ekuator dan fenomena Madden Julian Oscillation (MJO) berperan dalam mempengaruhi potensi cuaca ekstrem tersebut.
Ia berharap informasi yang diberikan dapat dimanfaatkan oleh Kementerian PU untuk merencanakan langkah-langkah mitigasi yang tepat. “Langkah antisipasi sangat penting agar infrastruktur tetap kokoh menghadapi potensi bencana hidrometeorologi,” tambahnya.
Wakil Menteri PU, Diana Kusumastuti, mengapresiasi data yang diberikan oleh BMKG dan memastikan bahwa kementeriannya akan segera melakukan langkah-langkah konkret untuk memperkuat kesiapan infrastruktur. “Kami akan memperkuat tanggul, mengoptimalkan saluran drainase, dan meningkatkan pengawasan di wilayah rawan banjir dan longsor,” ujar Diana.
Komitmen ini mencerminkan kolaborasi antara BMKG dan Kementerian PU dalam mengurangi dampak perubahan iklim yang semakin terasa. “Dengan kerja sama yang erat, risiko bencana dapat diminimalkan, dan pembangunan infrastruktur dapat berlanjut dengan baik meskipun dihadapkan pada tantangan iklim yang terus berubah,” tutup Diana.(des*)