Jakarta – Arab Saudi dan sejumlah negara Arab lainnya mengecam pernyataan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, yang menyiratkan kemungkinan pembentukan negara Palestina di wilayah Arab Saudi.
Pernyataan tersebut muncul dalam sebuah wawancara di mana Netanyahu, yang diwawancarai oleh jurnalis sayap kanan Israel, Yaakov Bardugo, menanggapi pertanyaan mengenai perkembangan hubungan diplomatik dengan Arab Saudi. Dengan nada bercanda, Netanyahu mengatakan, “Kecuali jika Anda ingin negara Palestina berada di Arab Saudi,” lalu tertawa dan menambahkan bahwa Saudi memiliki banyak wilayah.
Komentar ini langsung menuai kritik tajam, terutama di tengah ketegangan yang meningkat akibat konflik antara Israel dan Palestina. Ketua Liga Arab, Ahmed Aboul Gheit, menilai pernyataan Netanyahu sebagai sesuatu yang tidak masuk akal. “Ini hanya fantasi atau ilusi yang jauh dari kenyataan,” ujarnya seperti dikutip AFP, Senin (10/2/2025).
Kementerian Luar Negeri Arab Saudi menegaskan penolakannya terhadap pernyataan tersebut, menyebutnya sebagai upaya untuk mengalihkan perhatian dari tindakan Israel di Gaza. “Netanyahu hanya berusaha menutupi kejahatan yang terus dilakukan terhadap rakyat Palestina,” kata perwakilan Saudi.
Arab Saudi juga mengecam mentalitas ekstremis yang menurutnya tidak memahami arti penting tanah Palestina bagi rakyatnya. “Pola pikir ini bahkan tidak mengakui hak hidup warga Palestina, karena telah menghancurkan Gaza dan membunuh puluhan ribu orang tanpa rasa kemanusiaan,” tambah pernyataan tersebut.
Selain Arab Saudi, Qatar dan Mesir juga mengkritik keras komentar Netanyahu. Kementerian Luar Negeri Palestina menyebut pernyataan itu sebagai tindakan rasis, sementara Yordania mengutuknya sebagai pelanggaran hukum internasional.
Pemerintah Yordania menegaskan bahwa rakyat Palestina memiliki hak untuk membangun negara merdeka dan berdaulat. Pernyataan serupa juga datang dari Uni Emirat Arab (UEA), yang menilai komentar Netanyahu sebagai provokatif dan bertentangan dengan hukum internasional serta Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Bagi rakyat Palestina, ancaman pengusiran dari Gaza mengingatkan mereka pada peristiwa Nakba tahun 1948, saat ribuan warga Palestina terusir akibat pembentukan negara Israel.(des*)