Padang – Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Sumatera Barat (Sumbar), Christoveny, mengungkapkan dua tantangan utama pertumbuhan ekonomi (PE) di provinsi tersebut yang harus segera ditangani oleh para pemangku kepentingan.
Tantangan pertama adalah perlambatan kinerja lapangan usaha utama, yakni sektor pertanian dan industri yang mengalami penurunan. Hal ini mengindikasikan bahwa daya saing kedua sektor itu berkurang dan berujung pada fenomena deindustrialisasi.
Tantangan kedua adalah pemanfaatan peluang investasi yang belum maksimal. Apalagi, pertumbuhan ekonomi dan investasi masih di bawah rata-rata provinsi lain di Sumatera.
Di satu sisi, BI Sumbar telah merumuskan rekomendasi kebijakan untuk memperbaiki ekonomi daerah itu. Salah satu bukti dukungan BI Sumbar dalam mendorong pertumbuhan ekonomi adalah pengembangan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) serta ekonomi syariah.
“Implementasinya melalui digital farming, promosi perdagangan, dan onboarding UMKM,” ujarnya.
Ia menambahkan bahwa pertumbuhan ekonomi di provinsi tersebut pada tahun 2023 diperkirakan berkisar antara 4,50 hingga 5,3 persen. Namun, masih di bawah rata-rata ekonomi regional sebesar 4,50 persen dan nasional 4,94 persen. (des)