banner sidebar

AHY Tegaskan Infrastruktur Indonesia Harus Tahan Konflik dan Bencana

Menko Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan (IPK) Agus Harimurti Yudhoyono Hadiri MNC Forum LXXIX (79th) di iNews Tower.
Menko Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan (IPK) Agus Harimurti Yudhoyono Hadiri MNC Forum LXXIX (79th) di iNews Tower.

Jakarta — Menko Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan (IPK), Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), menyampaikan bahwa posisi geografis Indonesia yang berdekatan dengan kawasan rawan konflik menjadi perhatian serius dalam arah pembangunan ke depan. Oleh karena itu, infrastruktur nasional perlu dibangun dengan ketahanan ganda: bukan hanya terhadap bencana alam, tetapi juga terhadap potensi konflik regional.

Dalam pernyataannya di acara MNC Forum LXXIX di iNews Tower, Kamis (15/5/2025), AHY menyebutkan sejumlah potensi ketegangan yang mengelilingi Indonesia, seperti:

Aksi kejahatan lintas negara di Selat Malaka

Perselisihan wilayah di Laut Tiongkok Selatan

Ketegangan maritim Myanmar–Bangladesh

Konflik wilayah antara Tiongkok dan Taiwan

Ketegangan di Laut Tiongkok Timur

Potensi konflik di Semenanjung Korea

Persengketaan batas darat India–Sri Lanka

Perselisihan antara India dan Pakistan

Sengketa wilayah Tiongkok–India

AHY menegaskan bahwa jika ketegangan tersebut memuncak menjadi konflik terbuka, dampaknya bisa langsung mengganggu stabilitas politik dan ekonomi Indonesia.

“Infrastruktur kita harus dirancang bukan hanya tahan terhadap gempa, banjir, atau perubahan iklim, tetapi juga terhadap kemungkinan dampak dari konflik di sekitar kawasan,” tegasnya.

Tantangan Baru Dunia Abad 21
Lebih jauh, AHY menggarisbawahi bahwa era sekarang penuh ketidakpastian global. Lonjakan populasi dunia yang diprediksi mencapai 10 miliar jiwa di masa mendatang berpotensi menambah tekanan terhadap ketersediaan pangan dan energi.

“Jika persoalan kelangkaan sumber daya tidak ditangani bijak, maka akan muncul persaingan yang sengit, bahkan bisa memicu konflik di berbagai negara,” ungkapnya.

Walaupun Indonesia dikenal sebagai negara yang kaya akan sumber daya alam, AHY mengingatkan bahwa posisi strategis Indonesia juga membuatnya rawan terseret dalam dinamika konflik di kawasan.

“Kekayaan kita harus dibarengi kesiapsiagaan. Posisi strategis ini ibarat pisau bermata dua — peluang sekaligus kerawanan,” tambahnya.

Ancaman Perang Masa Kini
AHY juga menyampaikan bahwa pola konflik global saat ini sudah berkembang, tidak hanya sebatas perang terbuka. Saat ini, banyak negara memilih strategi perang tidak langsung melalui pihak ketiga atau proxy war demi menghindari keterlibatan langsung.

“Kita melihat sekarang perang bisa muncul dalam berbagai bentuk: ada yang nyata, ada yang diskenariokan melalui pihak lain. Bahkan ada potensi konflik yang belum meledak, tapi sudah ada pemicunya,” kata AHY menutup pernyataannya.(BY)