Oleh Loren Vinoltia
(Mahasiswa Unand Jurusan Sastra Minangkabau)
Salah satu kekayaan budaya yang memikat dari Sumatera Barat adalah ragam pakaian adat yang dipakai oleh orang Minangkabau. Pakaian adat ini mencerminkan keindahan dan kebesaran tradisi serta menggambarkan kearifan lokal yang unik. Di antara pakaian adat yang terkenal adalah Bundo Kanduang, Pakaian Adat Penghulu, dan Pakaian Pengantin.
- Bundo Kanduang: Simbol Kehormatan Perempuan
Bundo Kanduang, yang secara harfiah berarti “ibu kandung,” adalah pakaian adat yang sering dikenakan oleh perempuan Minangkabau yang sudah menikah. Budaya Minangkabau memiliki sistem matrilineal di mana garis keturunan dihitung melalui ibu. Oleh karena itu, perempuan, terutama ibu, mendapat penghargaan tinggi dalam masyarakat Minangkabau. Pakaian Bundo Kanduang, juga dikenal sebagai Limpapeh Rumah Nan Gadang (penyangga rumah tradisional Minangkabau), melambangkan kebesaran perempuan dalam keluarga. Peran perempuan sebagai istri dan ibu dianggap sebagai “limpapeh” atau tiang besar yang mendukung keluarga, sehingga kehadirannya sangat penting dalam kehidupan rumah tangga.
- Pakaian Adat Penghulu: Lambang Kepemimpinan dan Ketenangan
Pakaian adat Penghulu, juga dikenal sebagai Baju Pemangku Adat, adalah busana yang dipakai oleh pria Minangkabau. Pada masa lalu, hanya kepala suku yang berhak mengenakan pakaian adat Penghulu ini. Pakaian adat ini memiliki aturan tertentu yang harus diikuti agar seorang pria dapat mengenakannya. Pakaian adat Penghulu terdiri dari destar (ikat kepala), sarawa (kain yang dipakai di tubuh), sesamping (hiasan di pinggang), sandang (sarung), keris, dan tongkat. Ciri khas pakaian adat Penghulu adalah warna hitam yang melambangkan ketegasan dan kepemimpinan. Namun, saat ini, pakaian adat Penghulu telah dimodifikasi sehingga bisa digunakan dalam berbagai acara resmi, seperti saat seorang pria menikah.
- Pakaian Pengantin: Keanggunan dan Keindahan Mewah
Selain dua pakaian adat di atas, terdapat pakaian khusus yang digunakan dalam pernikahan, baik oleh pengantin pria maupun pengantin wanita. Pakaian pengantin khas Sumatera Barat terkenal karena kesan elegan dan mewah dengan sentuhan corak emas yang melimpah. Salah satu aksesori khas dari pakaian pengantin Minangkabau adalah suntiang, hiasan kepala pengantin perempuan.
Suntiang terdiri dari bungo sarunai (hiasan bunga), bungo gadang (bunga besar), kembang goyang, dan kote-kote. Biasanya, suntiang terdiri dari tujuh lapisan, lima lapis bungo sarunai dan tiga lapis bungo gadang. Hiasan paling atas disebut kembang goyang, sedangkan hiasan yang jatuh di kanan dan kiri disebut kote-kote. Suntiang umumnya digunakan dalam pernikahan adat di daerah Padang dan Pariaman. Suntiang yang memiliki bobot yang cukup berat juga melambangkan tanggung jawab yang akan diemban oleh seorang perempuan setelah menikah.