![]() |
(ilustrasi) |
Jakarta,
fajarharapan.id - Nilai tukar rupiah
berada di posisi Rp14.550 per dolar
AS pada perdagangan pasar spot Rabu (5/8/2020) sore. Mata uang Garuda menguat 0,51 persen
bila dibandingkan perdagangan kemarin sore di level Rp14.625 per dolar AS.
Sementara,
kurs referensi Bank Indonesia (BI) Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR)
menempatkan rupiah di posisi Rp14.623 per dolar AS atau menguat dibandingkan
posisi kemarin, yakni Rp14.697 per dolar AS.
Pagi ini,
mayoritas mata uang di kawasan Asia terpantau menguat terhadap dolar AS.
Yen Jepang menguat 0,04 persen, dolar Singapura menguat
0,19 persen, dolar Taiwan menguat 0,18 persen, dan
won Korea Selatan menguat 0,43 persen.
Kemudian,
peso Filipina menguat 0,07 persen rupee India menguat
0,15 persen, yuan China menguat 0,38 persen,
ringgit Malaysia menguat 0,47 persen, dan baht Thailand menguat
0,12 persen. Hanya dolar Hong Kong yang terpantau melemah 0,01persen
terhadap dolar AS.
Sementara
itu, mayoritas mata uang di negara maju masih bergerak variatif di hadapan
dolar AS. Poundsterling Inggris melemah 0,15 persen dan dolar
Australia melemah 0,52 persen. Sebaliknya dolar Kanada menguat 0,36 persen
dan franc Swiss menguat 0,30 persen.
Direktur PT
TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi menyebut rupiah menguat pada perdagangan
sore ini rupiah dan terus melanjutkan penguatannya hingga besok di kisaran
Rp14.520-Rp14.580 per dolar AS karena data eksternal yang positif.
Menurut
Ibrahim, penguatan rupiah juga turut dipengaruhi rilis data pertumbuhan
ekonomi kuartal II 2020 oleh Badan Pusat Statistik.
Meski
perekonomian sepanjang April-Juni lalu mencapai-5,32 persen atau jatuh lebih
dalam dari ekspektasi pemerintah, namun kontraksi tersebut terbilang
rendah ketimbang negara-negara lain baik di Uni Eropa, Amerika Serikat
maupun negara di sebagian Asia.
"Sehingga,
pasar kembali percaya diri dengan fiundamental perekonomian dalam negeri,
sehingga Arus modal asing kembali membanjiri pasar dalam negeri," tutur
Ibrahim dalam keterangan tertulisnya.
Sementara
dari sisi eksternal, pergerakan rupiah dipengaruhi oleh mandeknya pembahasan
paket bantuan corona sebesar US$1 triliun di Kongres AS.
Pada saat
yang sama spekulasi bahwa kebuntuan mengenai pembahasan lebih fiskal di
Washington dapat meninggalkan Bank Sentral AS The Federal Reserve dan menambah
banyak pekerjaan rumah bagi pemerintah di negeri Paman Sam sebagaimana dikutip pada cnnindonesia.com.
"Pemerintah
dan bank sentral merespons perlambatan pertumbuhan dengan sejumlah besar
stimulus. Gubernur Federal Reserve Bank of San Francisco Mary Daly mengatakan
ekonomi AS membutuhkan lebih banyak dukungan daripada yang diperkirakan,"
tandasnya. (*)