![]() |
(Presiden Emmerson Mnangagwa) |
Zimbabwe,
fajarharapan.com - Pemerintah Zimbabwe telah memperpanjang lockdown
selama dua pekan untuk menahan penyebaran virus
corona. Presiden Emmerson Mnangagwa
angkat bicara terkait hal ini, Minggu (19/4/2020).
Emmerson
mengatakan, Zimbabwe belum memenuhi persyaratan yang
ditetapkan oleh WHO untuk mencabut lockdown
yang telah diberlakukan pada 20 Maret 2020 kemarin.
"Ini
merupakan keputusan sangat sulit yang harus diambil pemerintah dengan berat
hati," kata Emmerson dalam pidato yang disiarkan melalui TV.
Lockdown
yang diberlakukan menyebabkan warga Zimbabwe tidak mendapat penghasilan.
Sebagaimana
diketahui, Zimbabwe yang bergulat dengan krisis ekonomi
terburuk dalam satu dasawarsa itu juga kekurangan makanan dan obat-obatan.
Pada Minggu
(19/4/2020) saja, Zimbabwe telah mengonfirmasi sejumlah 25 kasus
infeksi virus corona, termasuk tiga kematian.
Data tersebut belum mengalami perubahan hingga
Senin (20/4/2020).
Lebih jauh,
para profesional kesehatan menyatakan jekhawatiran mereka dengan banyaknya
infeksi yang mungkin tidak terdeteksi.
Hal ini
mengingat tes untuk virus corona terbatas di Zimbabwe.
Kekurangan
Peralatan Medis dan Infrastruktur
Bertahun-tahun
kekurangan dana dan menghadapi tantangan ekonomi, membuat sektor kesehatan Zimbabwe
bertekuk lutut.
Zimbabwe
menghadapi kekurangan peralatan medis dan infrastruktur yang mempersulit
situasi ini.
Emmerson
mengatakan, Zimbabwe telah menyaksikan lonjakan jumlah infesi
dari satu digit, ke 25 kasus saat ini.
"Kami
sangat khawatir virus ini mulai menyerang anak-anak kami," kata Emmerson.
"Semakin
banyak kasus virus corona berasal dari transmisi lokal,"
tambahnya.
Lebih jauh,
Emmerson mengatakan, pemerintah akan mengizinkan perusahaan pertambangan yang
merupakan sumber penghasilan utama Zimbabwe,
melanjutkan operasi penuh.
Sementara,
produsen akan bekerja dengan kapasitas terbatas.
Perusaaan
pertambangan yang beroperasi di Zimbabwe
adalah operasi lokal Impala Platinum Holdings dan Anglo American Platinum.
Emmerson
menambahkan, pemerintah telah memulai memperluas pengujian di seluruh negeri
untuk mengukur besarnya masalah dan mengisolasi kasus infeksi sejak dini.
Kios-kios
Dirobohkan Petugas Polisi dan Tentara
Lebih jauh, lockdown
juga membatasi sebagian besar orang di rumah mereka.
Namun, di
kota-kota miskin, orang-orang berkelana mencari makanan pokok.
Mereka pun membentuk
antrean panjang di toko-toko.
Di Ibu Kota,
Harare, pejabat dewan kota, dengan bantuan polisi dan tentara merobohkan
kios-kios pasar ilegal pada Minggu (19/4/2020).
Tindakan
tersebut mendapat kritik pedas dari warga negara tersebut.
Lebih dari
80 persen populasi pekerja di Zimbabwe tidak memiliki pekerjaan formal dan
bergantung pada ekonomi informal untuk mencari nafkah sebagaimana dikutip pada tribunnews.com.
Namun,
otoritas kota membela langkah tersebut.
Mereka
mengatakan, tindakan itu perlu dilakukan untuk menertibkan warga. (*)