![]() |
(ilustrasi tambang emas) |
Solok
Selatan, fajarharapan.com - Sebanyak sembilan orang penambang tertimbun di lokasi tambang emas di
Kabupaten Solok Selatan, Sumatera Barat.
Seluruhnya sudah dievakuasi dalam
kondisi meninggal dunia.
"Iya
kejadiannya kemarin sebelum magrib, namun proses evakuasi baru selesai pagi
ini," kata Kasubag Humas Pemkab Solok Selatan, Firdaus,
Minggu (19/4/2020).
Peristiwa
itu terjadi Ranah Pantai Cermin Kecamatan Sangir Batang Hari, dari data yang
diterimanya lubang tambang yang runtuh itu kedalamannya 8 meter.
Terkait
apakah tambang yang runtuh tersebut merupakan tambang emas ilegal
atau tidak, Firdaus mengaku belum mendapatkan data tersebut.
"Nanti
dipastikan lagi, ilegal atau tidaknya," ucapnya.
Kemudian ia
menyebut dari 9 orang penambang yang terimbun, salah satunya merupakan
perempuan. Saat ini jenazah sudah diantar ke rumah keluarga masing-masing.
"Saat
kejadian cuaca di Solok Selatan sedang hujan," ujarnya.
Beberapa
waktu lalu, liputan6.com mewawancarai Wahana Lingkungan Hidup
(Walhi) Sumbar terakit maraknya tambang emas ilegal di daerah Saribu Rumah
Gadang itu.
Dari data
Walhi, di daerah Kecamatan Sangir Batang Hari setidaknya terdapat 12 titik
tambang emas ilegal dan delapan titik yang aktif, disana juga ditemukan sekitar
30 eskavator.
Aktivitas
tambang emas ilegal kembali masif dalam dua tahun terakhir di Solok Selatan,
dimana sebelumnya sempat terhenti pada 2014. Mayoritasnya berada di kawasan
hutan dan DAS Batanghari.
"Dalam
hal ini ada cukong sebagai pemodalnya dan masyarakat lokal sebagai pekerja
harian atau buruh kasar sebagai pendulang, dan sebagainya.
Ada ribuan pekerja
dari masyarakat lokal, termasuk perempuan, dan anak-anak," kata Direktur
Walhi Sumbar, Uslaini sebagaimana dikutip pada liputan6.com.
Untuk akses
menuju lokasi tambang, tidak semuanya bisa
di akses dengan kendaraan roda dua, melainkan harus berjalan kaki sepanjang
puluhan kilometer dan masuk hutan. (*)