![]() |
(ilustrasi) |
Tokyo,
fajarharapan.com - Olimpiade 2020 di Tokyo,
Jepang resmi diundur selama setahun akibat virus corona covid-19. Pemerintah
Jepang yang awalnya ngotot menggelar ajang ini sesuai jadwal, akhirnya menyerah
karena drsakan dari ratusan atlet.
Tentunya,
keputusan Jepang dan Komite Olimpiade Internasional
(IOC) membuat para atlet lega sekaligus galau. Pasalnya, bagi para atlet di
seluruh dunia, penundaan Olimpiade Tokyo bak dua sisi mata uang.
Di satu
sisi, langkah penangguhan diambil demi keselamatan manusia. Namun, di sisi lain
mereka kehilangan waktu setahun, terutama bagi atlet yang sudah berumur.
Seperti di sepak bola misalnya, atlet yang boleh tampil di Olimpiade hanya yang
usianya di bawah 23 tahun.
Namun,
apapun konsekuensinya, banyak atlet yang mendukung keputusan tersebut. Mereka
lebih mementingkan kesehatan di atas segalanya.
"Sekarang,
banyak atlet yang bernapas lega. Kami merasa di bawah tekanan saat berlatih dan
bersaing sepanjang waktu," kata perenang asal Inggris, Adam Peaty.
Sementara
bagi atlet Indonesia, Eko Yuli Irawan sedikit menggerutu soal penundaan
Olimpiade Tokyo. Pasalnya, pengunduran tersebut bisa mengacaukan event olahraga
yang sudah terjadwal di tahun 2021.
"Ya,
kalau bisa Olimpiade Tokyo jangan
sampai ditunda tahun depan, soalnya (kalau tahun depan) pasti bentrok sama
persiapan kejuaraan yang ada di tahun depan pastinya," kata Eko Yuli
Irawan.
Sebenarnya,
sudah ada 57 persen dari 11.000 atlet yang sudah lolos kualifikasi untuk tampil
di Olimpiade Tokyo 2020. Namun, pemerintah Jepang memilih untuk mengundurkan
Olimpiade ke tahun 2021 karena desakan para atlet.
Alhasil,
Komite Olimpiade Internasional (IOC) menyebut atlet-atlet yang bakal tampil di
Olimpiade Tokyo pada 2021 harus dipilih ulang oleh Komite Olimpiade Nasional
(NOC) di negaranya masing-masing.
Dalam banyak
kasus, beberapa pemain sepak bola akan melewati batas usia yang telah
ditentukan pada tahun depan meskipun sudah lolos kualifikasi di tahun ini.
"Dalam
beberapa jenis olah raga, ada aturan spesifik mengenai batasan usia atlet, baik
itu usia terendah maupun tertinggi, demi alasan keselamatan sekaligus
penyetaraan, seperti yang diterapkan dalam aturan sepak bola pria dengan usia
dibawah 23 tahun.".
"Saat
ini, kami masih berdiskusi dengan FIFA. Kami harus mencapai kesepakatan dalam
beberapa minggu kedepan," kata Direktur Olah Raga IOC Kit McConnell.
Dengan
penundaan Olimpiade Tokyo, Cameron van der Burgh sangat lega. Cameron merupakan
perenang yang menjadi juara Olimpiade 2012, yang sempat terjangkit virus corona
covid-19, dua pekan lalu.
Dia pun
menceritakan betapa buruknya terkena virus corona covid-19. Menurut perenang
yang memutuskan pensiun pada Olimpiade 2018, corona covid-19 merupakan virus
yang sangat mengerikan.
"Sejauh
ini adalah virus terburuk yang pernah saya alami meskipun sebagai individual
yang sehat dengan paru-paru kuat (tidak merokok/olahraga), menjalani hidup
sehat dan masih muda (paling kecil risikonya secara demografi)."
"Hilangnya
pengondisian tubuh sangat besar dan hanya bisa dirasakan oleh atlet yang
tertular covid-19 karena mereka akan mengalami kerugian besar dari pengondisian
yang dihasilkan melalui siklus latihan terakhir. Infeksi yang lebih dekat
dengan kompetisi adalah yang terburuk," katanya dalam akun Facebook.
Seorang pelatih tinju Rusia dinyatakan
positif virus corona covid-19. Dia terinfeksi virus ini setelah pulang dari
kualifikasi Olimpiade di London, bulan lalu.
Anton
Kadushin, yang bekerja bersama Gleb Bakshi, juara dunia 2019 pada kelas
menengah, menulis pada Instagramnya, Kamis, bahwa ia telah dites positif virus
tersebut.
Kadushin
mengatakan, dia mengalami gejala termasuk suhu badan tinggi pada 25 Maret,
beberapa hari setelah kembali dari kualifikasi. Sekarang, Kadushin berada di
rumah melakukan isolasi diri sebagaimana dikutip pada liputan6.com.
Kepala
federasi tinju Rusia, Umar Kremlev, sebagaimana disiarkan Reuters dari Moscow,
Jumat, mengatakan dalam pernyataan pada lamannya bahwa situasinya terkendali
dan bahwa Kadushin mengalami kasus ringan virus tersebut. (*)