![]() |
(ilustrasi) |
Jakarta,
fajarharapan.com - Terkait peristiwa erupsi yang terjadi di Gunung Anak
Krakatau, pukul 21.58 WIB, Jumat (10/4/2020).
Badan
Meteorologi Klimatologi dan Geofisika ( BMKG) mengeluarkan hasil monitoring
muka laut dan seismik.
Disampaikan oleh Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami
BMKG, Rahmat Triyono ST Dipl Seis MSc, dalam keterangan tertulisnya melihat
hasil monitoring kondisi muka laut dan seismik dari beberapa kondisi berikut.
1.
Monitoring Tide Gauge Hasil monitoring muka laut menggunakan tide gauge di
Pantai Kota Agung, Pelabuhan Panjang, Binuangen, dan Marina Jambu menunjukkan
tidak ada anomali perubahan muka laut sejak 10 April 2020 pukul 21.00 WIB tadi
malam hingga pagi ini 11 April 2020 pukul 6.00 WIB.
2.
Monitoring Radar Osean Wera Kata Rahmat, hal yang sama juga terdapat pada hasil
monitoring muka laut menggunakan Radar Wera yang berlokasi di Kahai, Lampung
dan Tanjung Lesung, Banten.
Dari hasil monitoring Radar Wera juga menunjukkan
bahwa tidak ada anomali muka laut sejak 10 April 2020 pukul 21.00 tadi malam
hingga pagi ini 11 April 2020 pukul 6.00 WIB.
"Sehingga
berdasarkan monitoring muka laut yang dilakukan BMKG menggunakan Tide Gauge dan
Radar Wera menunjukkan erupsi Gunung Anak Krakatau tadi malam tidak memicu
terjadinya tsunami," kata Rahmat.
Gunung Anak Krakatau meletus Jumat 10
April 2020 Lihat Foto Gunung Anak Krakatau meletus Jumat 10 April 2020(Dok.
Twitter Dr. Devy Kamil Syahbana @volcanohawk )
3.
Monitoring seismik Hasil monitoring kegempaan yang dilakukan oleh BMKG tepat
pada saat terjadinya erupsi yaitu pukul 21.58 WIB dan pukul 22.35 WIB
menunjukkan sensor BMKG tidak mencatat adanya aktivitas seismik.
Sehingga
erupsi Gunung Anak Krakatau kali ini berdasarkan catatan sensor BMKG lebih
lemah dibandingkan erupsi yang terjadi pada 22 Desember 2018 lalu. Namun,
diakui Rahmat, ada satu hal yang menarik terkait hasil monitoring seismik oleh
BMKG tersebut.
Pada pukul 22.59 hingga 23.00 WIB beberapa sensor seismik BMKG,
baik eksisting dan sensor baru yang dipasang tahun 2019 mencatat adanya event
gempa di Selat Sunda dengan sangat baik.
Merusak
Sensor seismik BMKG tersebut adalah sebagai berikut. CGJI (Cigeulis, Banten)
WLJI (Wonosalam, Banten) PSSM (Pematang Sawah, Lampung) LLSM (Limau, Lampung)
KASI (Kota Agung, Lampung) CSJI (Ciracap, Jawa Barat) KLSI (Kotabumi, Lampung)
Hasil analisis BMKG terkait gempa tersebut menunjukkan telah terjadi gempa
tektonik di Selat Sunda pada pukul 22.59 WIB dengan magnitudo M 2,4 sebagaimana dikutip pada kompas.com.
Episenter
gempa itu terletak pada koordinat 6,66 LS dan 105,14 BT tepatnya di laut pada
jarak 70 km arah Selatan Baratdaya Gunung Anak Krakatau pada kedalaman 13
kilometer. (*)