![]() |
(ilustrasi) |
Jakarta,
fajarharapan.com - Para
peneliti di Singapura tengah mengembangkan cara melacak perubahan genetika
yang berpeluang mempercepat penemuan vaksin bagi virus
Corona penyebab Covid-19.
Virus yang awalnya berkembang di
Wuhan, Tiongkok itu, telah pandemi global dan menewaskan 16.000 orang di
seluruh dunia.
Ilmuwan dari
Duke-NUS Medical School, seperti dilansir dari Channel News Asia,
mengatakan teknik itu hanya butuh beberapa hari untuk mengevaluasi
potensi vaksin yang disediakan Arcturus Therapeutics, perusahaan bioteknologi
asal Amerika Serikat yang menjadi patner kerja mereka.
Pembuatan
vaksin termasuk untuk virus Corona Covid-19 selama
ini memang tidak bisa berlangsung cepat. Pasalnya, dibutuhkan waktu
berbulan-bulan untuk melihat efektnya terhadap manusia.
"Anda
bisa tahu dari cara gen berubah - gen apa yang dihidupkan, apa yang
dimatikan," kata Direktur program penyakit menular Duke-NUS Medical
School, Ooi Eng Eong, belum lama ini.
Dia
menambahkan, perubahan genetik membuat ilmuwan lebih cepat mengetahui
ekefektifitas dan efek sampingnya vaksin ketimbang menunggu harus respons yang
dirasakan oleh manusia.
Virus Corona
Covid-19 hingga saat ini telah menyebar hingga ke lebih dari 150 negara. Data
yang dilansir John Hopkins University per tanggal 24 Maret 2020, pukul 17.00
WIB mencatat, jumlah pasien di seluruh dunia sudah mencapai
383.944 orang dengan korban meninggal sebanyak 16.595 jiwa.
Sejauh ini
belum ada vaksin maupun obat yang direkomendasikan organisasi kesehatan
dunia (WHO) untuk mengatasi infeksi virus Corona Covid-19. Sebagian besar pasien
yang dirawat hanya mendapat pertolongan dan bantuan medis untuk meredakan
gejala-gajala yang muncul, termasuk sesak nafas.
Sementara
itu, perusahaan farmasi di seluruh dunia tengah mati-matian membuat vaksin
Covid-19. Upaya lainnya dengan mengembangkan obat antivirus
remdesivir seperti yang dilakukan Gilead Sciences Inc dan terapi
plasma ala perusahaan farmasi Jepang, Takeda Pharmaceutical Co.
Ooi
menambahkan, pihaknya akan menguji vaksin tersebut kepada tikus dalam waktu
sekitar satu minggu. Sementara uji coba kepada manusia diperkirakan
dilakukan pada paruh kedua tahun ini.
Seorang
wanita duduk di Marina Bay di Singapura pada 6 Maret 2020. Tempat-tempat wisata
utama di Singapura sepi dari turis di tengah epidemi virus corona COVID-19.
Duke-NUS
bergerak cepat dalam meneliti virus Corona Covid-19. Para ilmuwan segera
membiakkan virus ini pada akhir Januari lalu atau beberapa hari setelah
Singapura menemukan kasus pertamanya.
Singapura
pun menjadi negara ketiga di luar Tiongkok yang telah mengembangkan virus
tersebut. Para peneliti Singapura juga yang pertama melakukan tes untuk
mendeteksi antibodi termasuk bagi mereka yang sudah sembuh. Metodek ini
belakangan dianggap sebagai bagian penting dalam menghambat penyembaran virus
Corona Covid-19 di Singapura yang kini telah mendapat pengakua dunia sebagaimana dikutip pada liputan6.com.
Selama ini,
pembuatan vaksin membutuhkan waktu hingga 10 tahun, mulai dari penemuan,
perizinan, hingga pengembangan. Namun menurut Ooi, sains kini
dapat menawarkan hasil yang jauh lebih cepat.
"Semua
orang berlomba ke depan, tapi kami seperti menulis buku dari permainan yang
tengah dimainkan," katanya. (*)