Padang Pariaman, fajarharapan.com - Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Provinsi Riau berdampak ke daerah-daerah lain yang berdekatan. Tidak terkecuali tetangga dekat Sumatra barat, Kabupaten Padang Pariaman dan Kota Pariaman juga ikut merasakan kabut asap yang mulai merasuki hingga mengisi pekarangan rumah warga.
"Siputih itu tidak segan-segan menyapa penghuni rumah lewat jendela saat dibuka"
Dari pantaun fajarsumbar.com dilapangan kabut asap beberapa waktu terakhir ini menghambat panas matahari sampai ke bumi sehingga banyak masyarakat menduga akan turun hujan, padahal gumpalan asap yang sudah tebal menyangkut di awan. sementara itu, pada malam hari beberapa waktu ini suhu terasa tidak stabil.
Naasnya, masyarakat ada sebagian merasakan suhu begitu dingin layaknya bermukim di puncak gunung rinjani. Namun, saat ini suhu panas kembali dirasakan masyarakat baik siang hari maupun dimalam hari. Ada sebagian warga berprasangka jika dimalam hari suhu panas, akan ada esoknya hujan yang lebat. Jangankan hujan lebat, gerimis saja belum terlihat menyentuh bumi.
Salah seorang Rahmi (25) warga dusun kajai, desa Koto Marapak, Kota Pariaman semenjak kabut asap yang mengumpal dilangit adik-adiknya yang masih sekolah dasar saat ini mengalami batuk kering yang sudah seminggu lebih belum juga sembuh. Padahal, sudah dibelikan obat batuk yang biasa dikosumsi namun belum juga sembuh hingga saat ini.
Ia menyebutkan, kabut asap kali ini luar biasa dampaknya bagi kesehatan. warga dilingkungan sekitar selalu kosumsi udara yang tidak sehat.
"Ingin berdiam diri dalam rumah karena buruknya cuaca diluar. Namun segala kebutuhan di dapur mesti di beli diluar rumah yang jaraknya hingga enam kilo meter, terpaksa ditempuh walaupun tidak memakai masker karena belum ada diperoleh oleh pihak yang berwajib" terangnya
Lain pula cerita yang satu ini, Fadri Islami (42 tahun) warga korong Sialangan, Nagari Gunung Padang Alai, Kecamatan V Koto Timur Kabupaten Padang Pariaman kepada Fajarsumbar menyebutkan saat ini dirinya merasakan perih dibagian hidung dan ditengorokan terasa kering seperti tidak minum air satu hari semenjak minggu ini.
Ia menyebutkan, Sialangan termasuk letak geografis perbukitan yang memiliki jarak ketinggian lebih dari 1000 Meter dari permukaan laut. Sebelumnya jarak pandang bisa menebus sampai ke arah Pariaman, tapi sekarang tidak. Ulasnya
Pria yang sehari-hari bekerja sebagai penyuluh agama di salah satu instasi ini berharap semoga hujan lebat segara turun. Sehingga kabut asap bisa hilang dan udara sehat kembali bisa dihirup oleh semua masyarakat kususnya anak-anak yang sekolah setiap hari melakukan aktifitas diluar rumah. (heri)